Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Lingga Arvian Nugroho
TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Menekuni profesi sebagai loper koran sejak tahun 1995, banyak cerita yang dimiliki Maman (55).
Mulai dari masa tingginya penjualan koran hingga menurunnya angka penjualan.
Maman bercerita bahwa pada sekitar tahun 90-an hingga tahun 2000 penjualan koran masih terbilang cukup baik.
Namun ketika gawai, smartphone pada tahun 2010 mulai populer perlahan penjualan koran terus menurun.
Bahkan Maman teringat pada suatu anekdot tentang penjual koran dan pembeli.
"Ada cerita, dan saya juga ngalamin, kalau dulu tukang koran yang dikejar pembeli tapi sekarang penjual koran yang ngejar pembeli," ujarnya sembari tersenyum saat ditemui di kawaaan Jalan Sudirman depan Rumah Sakit Salak, Selasa (30/6/2020).
Maman bercerita di masa tingginya penjualan koran dirinya biasa membawa sekitar 400 sampai 700 eksemplar koran dari berbaga surat kabar.
Namun banyaknya pembaca yang menggunakan smarphone membuat penjualannya terus menurun.
"Dulu 400 sampai 700 koran itu tiga sampai lima jam habis, kalau sekarang saya jualan sampai malam, tapi Alhamdulillah tetap habis walaupun menjual 150 sampai 200 koran sampai malam hari," katanya.
Bukan tidak ingin mencari profesi lain, namun Ia sudah terlanjur 'menyukai' dan memang tidak ada profesi lain yang bisa dijalaninya selain menjadi loper.
"Kalau ada modal dan ada yang lebih baik mau, tapi ya sudah rezekinya disini, jadi bisa kenal banyak orang dan ada langganan ya dari loper ini, dan juga memang saya enggak punya kerjaan lain," katanya.
Ia pun berharap agar masyarakat bisa kembali mmembaca koran agar bisa terus memberikan penghasilan bagi para loper koran.
"Ya harapannya biar masyarakat baca koran lagi, beli koran lagi seperti dulu," ujarnya.