Selanjutnya, berdasarkan keterangan ahli, penyidik meyakini bahwa tindakan bunuh diri akan selalu dimulai dengan bukti permulaan berupa luka percobaan.
Dalam hal ini, memang ditemukan empat luka sayatan di bagian dada korban yang tidak terlalu dalam.
"Setiap orang yang bunuh diri dengan senjata tajam selalu ada bukti permulaan luka percobaan, dicoba-coba dulu gitu. Hasil forensik ditemukan 4 luka di dada 2 dangkal enggak sampai 2 cm. Itulah yang dianggap luka percobaan. Saya mendasari berita acara ahli," ungkap Tubagus.
Dokter Ahli Forensik RS Polri, Arif Wahyono, yang ikut hadir dalam konferensi pers kemarin mengungkapkan, ada 4 luka tusukan di dada Yodi.
Setiap tusukan lebih dalam dari tusukan sebelumnya. Tusukan terakhir sedalam 12 cm mengenai bagian bawah paru-paru korban.
"Sebanyak 4 kali, di mana kekerasan di dada bermacam-macam. Ada yang hanya sampai jaringan otot, (tusukan selanjutnya) lebih dalam lagi, kemudian terakhir lebih dalam menembus memotong bagian bawah paru-paru," papar Arif.
Selain di dada, luka juga ditemukan di leher korban. Menurut Arif, luka di leher memotong bagian tenggorokan korban.
"Tapi enggak memotong pembuluh darah utama," kata Arif.
"Yang dua atau tiga di antaranya itu adalah luka dangkal yang tidak sampai 2 cm. Itulah yang dianggap sebagai luka dengan melukai dengan percobaan," lanjut dia.
Berdasarkan pemeriksaan, tidak ditemukan luka lain di tubuh korban. Namun, ditemukan hasil urine bahwa korban positif menggunakan amfetamina.
Polisi menduga hal itu yang membuat korban jadi berani melakukan bunuh diri.
Selain bukti-bukti tersebut, polisi juga menggali keterangan sejumlah saksi, yang salah satunya adalah kekasih korban, Suci Fitri Rohmah.
Dari pemeriksaan saksi itu ditemukan fakta bahwa Yodi sempat beberapa kali mengisyaratkan keinginan dirinya untuk bunuh diri.
Yodi sempat mengutarakan hal tersebut usai dikabarkan sempat berkonflik dengan teman dekatnya berinisial L.
Polisi pun menegaskan bahwa konflik di antara keduanya pun sudah terselesaikan.
"Dia (Yodi Prabowo) menyampaikan kurang lebih begini 'kalau saya tidak ada, bagaimana'. Pengertian tidak ada menurut tafsiran kami, kalau saya meninggal," jelas Tubagus.
Meski menduga Yodi tewas karena bunuh diri, polisi tetap membuka diri jika ada informasi dan sebagainya.
"Kami membuka diri kalau memang ada informasi dan sebagainya. Tapi fakta yang kami himpun dari pemeriksaan di TKP, olah TKP, keterangan saksi, ahli, dan dokumen-dokumen lain," lanjut dia. (tribun network/dng/ans/dod)