TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ada yang sedikit berbeda dari penampilan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sejak beberapa pekan terakhir.
Anies Baswedan cenderung memakai masker bedah saat beraktivitas di Balai Kota DKI Jakarta.
Padahal sebelumnya, Anies Baswedan selalu mengampanyekan warganya untuk memakai masker berbahain kain.
Bahkan Anies sampai memberikan 22 juta masker berbahan kain kepada 11 juta warganya sejak 29 April sampai 19 Juni 2020.
Selain kuat dan tahan lama, masker tersebut juga bisa dipakai berulang kali.
Baca: Walk Out dan Tolak Laporan APBD Anies Baswedan, PAN: Tidak Sesuai Kenyataan di Lapangan
Hal itu dilakukan Anies agar ketersediaan masker bedah untuk tenaga medis tetap aman.
Dengan demikian, tenaga kesehatan bisa tetap terlindungi dari bahaya penularan Covid-19 saat menangani pasien.
Namun pada Senin (7/9/2020), Anies justru memakai masker bedah.
Hal itu terungkap saat Anies menghadiri rapat paripurna Raperda P2APBD 2019 di DPRD DKI Jakarta.
Kemudian Anies membeberkan alasannya memakai masker bedah. Bagi Anies, alasan utama adalah agar ketika berkomunikasi suaranya dapat didengar dengan baik oleh lawan bicara. “Iya jadi ketika bicara pakai masker (kain) suaranya enggak keluar. Simpel kan,” kata Anies.
“Kalau gini (pakai masker medis) kan kedengaran, tapi kalau pakai masker (kain) melempem suaranya,” tambahnya.
Seperti diketahui, tujuh pejabat utama di lingkungan pemerintahan sebelumnya sempat terpapar virus Covid-19.
Mereka kemudian menjalani isolasi mandiri di rumahnya masing-masing.
Sekretaris Daerah DKI Jakarta Saefullah mengatakan, dua dari tujuh orang yang terpapar Covid-19 adalah petinggi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan Tim Gubernur Untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP).
Sementara lima orang lainnya adalah pejabat eselon II-A dan II-B.
Rinciannya, Direktur Utama Perumda Pasar Jaya Arief Nasruddin; Ketua TGUPP Amin Subekti; Asisten Pemerintah Setda DKI Jakarta Reswan W. Soewaryo; Kepala Biro Pemerintahan Setda DKI Jakarta Premi Lesari; Kepala Biro Pendidikan Mental dan Spiritual DKI Jakarta Hendra Hidayat.
Kemudian Kepala Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta Suzi Marsitawati dan Kepala Biro Penataan Kota dan Lingkungan Hidup Afan Adriansyah Idris.
Mereka dinyatakan positif Covid-19 saat melakukan pengetesan mandiri ataupun yang digelar Pemprov DKI. Pengetesan dilakukan untuk memastikan kondisi kesehatan para pejabat tersebut dalam melayani masyarakat.
“Dari tes swab itu, sejumlah pejabat hasil tesnya positif. Mereka yang diduga positif Covid-19, saat ini melakukan isolasi mandiri dan tetap menjalankan tugas dari rumah,” kata Saefullah berdasarkan keterangan yang diterima pada Jumat (28/8/2020).
Grafik harian terus meningkat
Berdasarkan data di laman corona.jakarta.go.id, yang diakses, Jumat (4/9/2020), kasus harian DKI Jakarta menunjukkan trend kenaikan.
Dalam beberapa hari terakhir, jumlah kasus harian bahkan di atas angka 1.000 kasus.
Rinciannya, pada 29 Agustus, jumlah kasus baru sebanyak 888 kasus.
Sehari setelah itu, atau pada 30 Agustus, kasus baru meningkat tajam menjadi 1.114 kasus.
Kasus baru kemudian turun sedikit pada 31 Agustus, tetapi angkanya masih di atas 1000 kasus yakni 1.029 kasus.
Pada 1 September, jumlah kasus turun lagi menjadi 941.
Namun, pada 2 September, kasus kembali naik menjadi 1.053 kasus.
Setelah itu, pada 3 September, kenaikan kasus kembali terjadi yakni 1.406 kasus.
Berikut grafik kasus baru Covid-19 di DKI Jakarta:
Adapun secara total, jumlah kasus positif di DKI Jakarta sebanyak 43.709.
Dari jumlah itu, 32.424 sembuh, 1.253 meninggal.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Dwi Oktavia mengatakan, penambahan ini berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap 9.248 spesimen menggunakan metode swab test PCR.
"Dari jumlah tes itu, sebanyak 7.491 orang dites PCR hari ini untuk mendiagnosa kasus baru dengan hasil 895 positif dan 6.596 negatif," ucapnya, Jumat (4/9/2020).
Dengan penambahan ini, total kasus Covid-19 di ibu kota hingga saat ini telah menembus angka 44.604 kasus.
Rinciannya, sebanyak 74,6 persen atau 33.260 pasien dinyatakan telah sembuh dan 1.260 orang lainnya (2,8 persen) meninggal.
"Sedangkan jumlah kasus aktif di Jakarta, baik orang yang dirawat atau isolasi sampai saat ini sebanyak 10.084 orang," ujarnya.
Untuk persentase kasus positif atau positivity rate Covid-19 di Jakarta selama sepekan terakhir berada di angka 13 persen.
"Sedangkan persentase kasus poaitif secara total sebesar 6,7 persen," kata dia.
Angka ini lebih besar dibandingkan standar yang ditetapkan organisasi kesehatan dunia (WHO), yaitu di bawah 5 persen.
Anies khawatir
Trend peningkatan kasus Corona di DKI Jakarta itu mendapat respons dari Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Anies Baswedan mengatakan peningkatan angka penularan Covid-19 berbanding lurus dengan jumlah testing yang dilakukan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.
Anies mengklaim, Pemprov DKI Jakarta telah melakukan testing lima kali lebih tinggi dari batas ideal
Dengan melakukan testing lebih banyak, maka penambahan kasus harian pun juga semakin meningkat.
"Di Indonesia hanya ada dua provinsi yang (jumlah testing) melampaui angka WHO, yakni Jakarta dan Sumatera Barat."
"Jakarta sekarang mengkhawatirkan, kenapa? Dalam tiga minggu terakhir, angka (penambahan kasus positif harian) naik terus."
"Artinya apa? Kita mendeteksi banyak, penularan juga terjadi angkanya banyak," ujar Anies dikutip Kompas.com dari video Kompas TV, Kamis (3/9/2020).
Untuk itu, Anies mengimbau warga disiplin menjalankan protokol kesehatan 3M, yakni memakasi masker, menjaga jarak, dan rutin mencuci tangan.
Sementara Pemprov sebagai pemangku kebijakan akan mengerjakan 3T, yakni testing, tracing, dan treatment.
"Maka PR kita adalah menggalakkan yang 3M, karena yang 3T sudah dikerjakan ini."
"Jakarta sudah mengerjakan 3T, sekarang mari kita pastikan masyarakat mengerjakan 3M," terangnya. (WartaKota/Fitriyandi Al Fajri)
Sebagian artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Ini Alasan Anies Baswedan Sekarang Memakai Masker Bedah