Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Dwi Putra Kesuma
TRIBUNNEWS.COM, DEPOK - Tole Iskandar tumbuh menjadi pemuda yang gagah dan pemberani, serta prajurit tangguh yang kini menjadi pahlawan asal Kota Depok, Jawa Barat.
Saat ini, nama putra sulung pasangan dari pasangan Raden Samidi Darmorahardjo bin Adam dan Sukati binti Raden Setjodiwiryo ini pun diabadikan menjadi nama jalan di Kecamatan Sukmajaya, yang tak lagi asing di telinga warga Kota Depok.
Bertepatan dengan peringatan hari pahlawan, TribunJakarta.com bersama awak media lainnya berkesempatan mewawancarai Arifin Darmo Wahyu (51), yang merupakan keponakan dari Tole Iskandar.
Kendati dirinya tidak sempat merasakan hidup bersama sosok pamannya, namun banyak kisah dan cerita tentang Tole Iskandar yang tertanam di benaknya sejak kecil dari keluarganya.
“Saya gak layak cerita sebenarnya, saya lahir beliau sudah gak ada.
Cuma saya tahu sejarahnya, karena ibu saya cerita dan banyak koran-koran tentang beliau.
Saya baca histori beliau.
Baca juga: Calon Walikota Depok Pradi Tinjau Lokasi Kebakaran di Jalan Tole Iskandar
Kita inikan bisa dibilang darah biru, bedol desa dari Purworejo, kakek saya.
Bedol desa di sini (Depok) kira-kira abad 18 sekira 200 tahun yang lalu,” kata Arifin di kediamannya di Jalan Geni Raya, Cipayung, Kota Depok, Selasa (10/11/2020).
Arifin mengatakan, dahulu kala pamannya tersebut tergabung dengan organisasi semacam tentara rakyat.
“Dia dulu petisi 21, mereka ada 21 orang, tentara rakyat gitulah.
Dia sempat belajar dengan Jepang, waktu itukan masih jajahan Jepang, dia balik sudah pakai samurai panjang,” jelasnya.
Namun demikian, tak ada satu pun anggota keluarga yang mengetahui bahwa Tole Iskandar telah menjadi tentara.
Hingga akhirnya, Tole Iskandar pulang ke rumah membawa sebilah samurai dan mengenakan seragam tentara.
“Tole Iskandar sendiri akhirnya jadi pejuang.
Kemudian jadi pejuang di Depok peranglah dengan Belanda.
Baca juga: Ini Alasan Rumah di Belanda Jendelanya Jarang Dipasangi Gorden
Itupun kita (keluarga) enggak ada yang tahu.
Tahunya setelah dia pakai seragam dengan dia jadi pemimpinnya,” ungkapnya.
Melihat Tole Iskandar yang menjadi pejuang dan berada di garis depan berperang melawan Belanda di Kota Depok, buntutnya pihak keluarga pun turut membantu dengan mendirikan dapur umum untuk membantu suplai logistik makanan kepada para tentara Indonesia saat itu.
Keberadaan dapur umum yang sejatinya adalah kediaman pribadi dari keluarga Tole Iskandar ini diketahui oleh Nederlandsch Indische Civiele Administratie (NICA) yang merupakan organisasi semi militer Belanda.
Setelah itu, dapur umum tersebut pun dibumihanguskan oleh kelompok NICA.
Beruntung, seluruh anggota keluarga Tole Iskandar berhasil selamat dari peristiwa kelam itu.
“Saat itu kalah (perang), tentara yang dibawa oleh Tole Iskandar, mental (mundur) sampai ke wilayah Cikasintu, Sukabumi,” ucapnya.
Satu cerita yang menjadi legenda dari Tole Iskandar semasa berperang di Depok, adalah ketika dirinya berhasil menembak jatuh pesawat musuh yang sedang melintas di udara.
“Dia pernah menembak pesawat terbang milik Belanda sampai jatuh, dan itu jadi sejarah,” tuturnya.
Kepergian Sang Pahlawan Asal Depok
Kalah dari Belanda, Arifin berujar Tole Iskandar bersama pasukannya terpukul mundur hingga ke daerah Cikasintu, Sukabumi Jawa Barat.
Namun perjuangannya tak berakhir begitu saja, ia kembali meladeni perang dengan Belanda di Cikasintu bersama dengan pasukannya yang tersisa.
Takdir berkata lain, perjuangan Tole Iskandar demi kemerdekaan Indonesia harus berakhir akibat diberondong peluru oleh prajurit Belanda, setelah ia mempertahankan nyawa anak buahnya.
“Tole meninggal banyak versi.
Yang saya tahu di daerah Cikasintu, Sukabumi, dia melawan Belanda mempertahankan anak buahnya,” lanjut Arifin.
Arifin menceritakan, saat mempertahankan nyawa anak buahnya, Tole Iskandar bersembunyi di dalam lubang yang menyerupai parit, bersama seekor anjing kesayangan yang setia menemaninya di medan perang.
Namun, keberadaan Tole di dalam lubang ini berhasil diketahui setelah anjingnya melompat keluar dan menyerang para tentara musuh.
“Tole punya anjing, dia bersembunyi di parit, tadinya mau nyerang dari lubang itu.
Baca juga: Warga Depok Pertanyakan Halal-Haram Vaksin Covid-19
Tapi ternyata musuh belum datang anjingnya sudah lompat duluan, ya matilah dibredel disitu.
Kejadian itu di Cikasintu, Sukabumi,” tegasnya.
Akhirnya, pejuang gigih ini pun tutup usia di usia yang masih sangat muda dan belum menikah, 25 tahun, dengan pangkat Letnan Dua.
Kabar kematian Tole pun diketahui pihak keluarga yang langsung datang dan membongkar makam tersebut sekira tahun 1970-an.
“Digali dan dibawa ke Makam Pahlawan Dreded Bogor.
Dikenali dari pakaian dan rambut. Dan itulah dibawa.
Yang ambil waktu itu ibu saya dan mamahnya dia (Tole Iskandar),” ujarnya.
Identitas Tole Iskandar Dihapuskan
Meskipun kini namanya diabadikan menjadi nama jalan, namun tak ada satu pun barang-barang peninggalan Tole Iskandar yang tersisa hingga saat ini.
Bahkan, semasa hidup seluruh identitasnya pun dihapuskan untuk menghilangkan jejak dan demi keselamatan keluarga serta sanak saudaranya.
“Kalau identitas Tole kami tidak ada yang punya, termasuk foto-foto karena kalau saat itu diketahui Belanda habislah kita semua. Peninggalannya enggak ada sama sekali,” ucap Arifin.
Untuk mengenang jasa dan sosok pamannya, Arifin pun mendirikan Gelanggang Olahraga (GOR) Tole Iskandar di lingkungan kediamannya, yang terbuka untuk umum.
Meskipun berasal dari keluarga pahlawan, Arifin mengungkapkan ia pribadi tak pernah sekalipun berharap ‘perhatian’ dari pemerintah setempat.
“Saya punya prinsip apa yang bisa saya berikan untuk negara, bukan sebaliknya.
Yang penting saya bisa gaungin ini loh ada pahlawan Depok disini.
Kita punya GOR juga atas nama beliau. Jalan Tole Iskandar diresmikan 1973 jelas ini jadi kebanggaan kami,” ujarnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Tole Iskandar Pahlawan Asal Depok, Tembak Jatuh Pesawat Belanda Hingga Identitasnya Dihapuskan