Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pangdam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurachman menyatakan tidak menutup kemungkinan menemui pimpinan Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab.
Meski beberapa waktu lalu menegur FPI dan Rizieq karena membuat kegiatan yang menimbulkan kerumunan warga sehingga memicu penularan Covid-19 meluas.
Dudung mengatakan dia tidak menganggap FPI dan Rizieq sebagai musuh sehingga bersedia bila diajak melakukan pertemuan.
“Kalau misal dia mau bertemu, silakan. Mereka masyarakat kita juga, bukan musuh kita,” kata Dudung di Makodam Jaya, Jakarta Timur, Rabu (25/11/2020).
Baca juga: Pangdam Jaya: Dengan FPI Tidak Ada Masalah, Tapi Jaga NKRI dan Jangan Merasa Paling Benar Sendiri
Hanya saja dia menyebut hingga kini belum memiliki rencana bertemu dengan Rizieq dan FPI setelah polemik pencopotan baliho Habib Rizieq mencuat.
Perihal apakah Rizieq dan FPI berniat melakukan pertemuan dengannya, Dudung mengaku tidak tahu pasti karena belum berkomunikasi langsung.
"Itu saya tidak tahu," ujarnya.
Dalam pertemuan dengan tokoh lintas agama di Makodam Jaya, Dudung sempat menyinggung masalah protokol kesehatan yang berlaku menyeluruh.
Menurutnya tak ada pengecualian penerapan protokol kesehatan bagi umat beragama apa pun, terlebih di masa pandemi Covid-19 saat ini.
"Sebab menjaga kesehatan juga bagian dari mengamalkan agama. Beragama tapi mencaci maki maka mencaci-maki itu bukan sejatinya agama, justru mendengarkan, berkatalah yang baik atau diam," tuturnya.
Tidak ada masalah
Mayjen TNI Dudung Abdurachman mengaku tidak ada masalah dengan Front Pembela Islam ( FPI).
Dudung mengaku sebelumnya pernah bertemu dengan pimpinan FPI DKI Jakarta.
Pertemuan digelar di Markas Kodam Jaya pada pekan lalu atau sebelum pihaknya menggelar Apel di Monas.
Dalam pertemuan tersebut, Dudung mengaku mengajak FPI untuk menjaga keutuhan NKRI
"Dengan FPI tidak ada masalah. Saya bahkan sudah bersilaturahim dengan Ketua FPI Jakarta," kata Dudung dalam video yang diterima Kompas.com.
"Yang dibahas ya cuma silaturahim aja, sebagai warga negara. Beliau juga belum tahu Pangdam Jaya yang baru," ucap Dudung.
Baca juga: Pangdam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurachman: Saya Marah TNI Dijelek-jelekkan
Dudung kembali menegaskan untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Jangan merasa paling benar sendiri atau paling bagus sendiri. Kita semua sama. Di mata Tuhan kita semua sama. Setiap yang beragama, dalam menyampaikan, menyampaikan hal-hal yang baik," ujarnya.
Dudung sebelumnya mengakui memerintahkan jajarannya untuk mencopot spanduk dan baliho bergambar Rizieq Shihab yang tersebar di Ibu Kota.
Atas perintah tersebut, sejumlah pasukan TNI berpatroli dari kawasan Monas hingga Slipi untuk mencopot spanduk dan baliho Rizieq Shihab.
Informasi terakhir yang disampaikan Dudung, setidaknya sudah 900 spanduk yang menampilkan gambar Rizieq Shihab telah ditertibkan oleh aparat gabungan sejak akhir September 2020.
Dudung juga mengingatkan Rizieq dan FPI agar tidak mengganggu persatuan di wilayah Jakarta.
Sebab, akan ada konsekuensi jika mencoba mengganggu persatuan di wilayah Kodam Jaya.
"Jangan coba-coba ganggu persatuan dan kesatuan di Jakarta. Saya panglimanya. Kalau coba-coba akan saya hajar nanti," kata Dudung.
Bahkan, Dudung menyebut lebih baik FPI dibubarkan.
"Kalau perlu FPI bubarkan saja itu. Bubarkan saja. Kalau coba-coba dengan TNI, mari. Sekarang kok mereka ini seperti yang ngatur, suka-sukanya sendiri. Ingat, saya katakan itu (penurunan baliho Rizieq) perintah saya," katanya.
Pangdam meminta FPI memahami aturan yang berlaku. Dudung menegaskan, aparat akan lebih tegas menindak FPI jika ormas tersebut kembali melanggar aturan.
Dudung menyebut, FPI tidak bisa seenaknya sendiri.
"Ke depan untuk imbauan kepada mereka, kami sampaikan biar mereka (FPI) paham tentang hukum yang berlaku," kata Dudung di Markas Komando Daerah Militer (Kodam) Jayakarta, di Cililitan, Jakarta Timur, Senin (23/11/2020).
Terima perwakilan tokoh lintas agama
Hari ini Pangdam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurachman menerima perwakilan tokoh lintas agama.
Pada kesempatan itu, Pangdam Jaya menyesalkan adanya kelompok umat beragama yang menolak keberagaman dalam masyarakat.
Sebagai seorang umat Islam, dia menyesalkan sikap pihak yang mengatasnamakan Islam namun perilakunya di masyarakat justru mencoreng agama Islam sendiri.
"Istilah amar ma'ruf nahi munkar digunakan untuk seolah-olah melakukan klaim kebenaran sembari menegaskan yang lain," kata Dudung di Makodam Jaya, Jakarta Timur, Rabu (25/11/2020).
Meski tidak gamblang menyebut pihak mana, sikap mengklaim kebenaran dan memaksa orang lain agar sependapat ini disebut berdampak buruk.
Terlebih masyarakat Indonesia tidak hanya menganut satu agama, secara budaya pun masyarakat Indonesia terdiri dari beragam budaya.
"Sehingga yang muncul di permukaan adalah wajah agama yang kaku dan maunya menang sendiri. Padahal sudah jelas agama Islam adalah rahmatan lil alamin, artinya kasih sayang untuk keseluruhan alam," ujarnya.
Dudung menuturkan perbedaan pandangan dalam beragama ini jadi lebih buruk ketika ada pihak yang menghasut sehingga terjadi perpecahan.
Terlebih di masa pandemi Covid-19 yang butuh peran semua pihak agar wabah lekas berakhir, dalam agama pun menjaga kesehatan termasuk amalan.
"Maka jika siapapun melakukan keburukan lalu mengatasnamakan agama, ketahuilah itu bukan sejatinya agama, itu hanya mengatasnamakan agama," tuturnya.