TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetio Edi Marsudi menyoroti lemahnya pengawasan di lingkungan MRT Jakarta, sehingga rawan disusupi orang tak bertanggung jawab.
Hal ini ia sampaikan dalam rapat laporan keuangan dan pertanggung jawaban PT MRT Jakarta.
Menurutnya di tengah pujian dan kelanjutan fase II, MRT Jakarta masih perlu berbenah, khususnya soal pengawasan.
Baca juga: Ketua DPRD DKI ke Jajaran Lurah: Masalah Banjir Ada di Lapangan, Bukan di Kantor
Pernyataan Prasetio berkaca dari kejadian hilangnya laptop milik kontraktor Jepang tahun 2018 silam.
Padahal laptop itu berisi data - data pembangunan MRT.
Kejadian tersebut juga tak pernah dilaporkan ke pihak kepolisian.
"Apapun ceritanya MRT ini adalah proyek vital, dan kalau sampai data-data ini ada di tangan orang yang salah bisa bahaya ini," kata Prasetio dalam keterangannya, Kamis (25/2/2021).
"Saya minta Direktur Operasional menjawab kenapa tidak pernah melaporkan ke polisi, jangan bilang tidak tahu, karena saya tahu semua," sambungnya.
Baca juga: Wagub DKI Tegaskan Pencopotan Juaini dari Posisi Kepala Dinas SDA Bukan Karena Banjir
Prasetio menegaskan bahwa laptop yang hilang itu jadi aset negara mengingat kerjasama pembangunan MRT dijalin antara Indonesia dan Jepang.
"Kenapa tidak dilaporkan ke Polisi? Itu barang negara. Negara dirugikan. Kalau katanya sudah diganti, mengganti memang gampang, tapi pertanggung jawaban kita bagimana? Saya minta pertanggung jawaban, laporkan ke polisi, dan saya minta bukti pelaporan," ucap dia.
Sementara itu, Direktur Operasi dan Pemeliharaan PT MRT Jakarta Muhammad Effendi mengakui sistem pengamanan di kantor Depo MRT, lokasi hilangnya laptop, memang belum memadai seperti saat ini.
Bahkan lokasi tersebut juga belum terpasang CCTV, sehingga pihak MRT Jakarta sebatas melakukan penggantian unit.
"Jadi itu sudah lama sekali sejak 2018. Seingat saya, mungkin waktu itu pengamanan kami tidak sebaik sekarang, jadi itu kehilangan di kantor Depo. Kita sudah berusaha cari, dan saat itu kita belum ada CCTV. Yang kami lakukan saat itu adalah mengganti," tutur Effendi.