Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Yudistira Wanne
TRIBUNNEWSBOGOR - Bulan suci Ramadan merupakan bulan yang paling ditunggu bagi seluruh umat muslim yang ada di dunia.
Sebab, bulan Ramadan penuh dengan keberkahan sekaligus penuh ampunan sehingga setiap orang memanfaatkan momentum bulan suci ini dengan berlomba-lomba berbuat kebaikan.
Selain penuh kebaikan, bulan Ramadan rupanya selalu menghadirkan kisah tersendiri dalam perjalanan waktunya sehingga momen tersebut tersimpan rapih dalam memori ingatan, itulah ucapan yang dilontarkan Kepala Subag Tata Usaha Lapas Khusus Kelas IIA Gunung Sindur, Tan Malaka, S Sos, mengawali pembicaraan Ramadan ketika masa kecil.
"Kenangan masa kecil yang membuat bahagia memang tak pernah terlupakan. Termasuk kenangan saat bulan Ramadan. Kala itu saya masih duduk di bangku SDN Mekarjaya 4 Depok, 40 tahun lalu, itu saya punya sebuah kenangan yang sulit dilupakan," ujarnya, Minggu (25/4/2021).
Lebih lanjut, Tan Malaka bercerita bahwa saat Ramadan tiba, ketika itu dia kerap menghabiskan waktu bermain bersama teman seusianya dengan permainan tradisional.
"Bulan Ramadan saya beserta teman-teman era 80-an sangat menyukai permainan api. Permainan di masa kecil lebih bersifat konvensional, terbuat dari bahan-bahan alami disekitar tempat tinggal saya yaitu bermain meriam bambu dan bola api adalah dua permainan khas di bulan Ramadan di masa kecil saya dahulu," jelasnya.
Untuk meriam bambu, Tan Malaka menjelaskan bahwa cara membuatnya dibantu oleh orang tua dari salah satu temannya.
"Orang tua teman saya membantu membuat meriam bambu dan bola api. Mereka juga yang akan mengawasi saya dan teman-teman memainkan permainan ini. Meriam bambu hanya dibuat dengan sebuah bambu berongga besar," bebernya.
"Bahan utamanya adalah bambu tersedia, kemudian diberi lubang kecil untuk menembakan api, setelah lodong diisi karbit atau minyak tanah tinggal dinyalakan lalu akan terdengar suara dentuman mirip peledak," sambungnya.
Sementara itu, untuk permainan bola api, Tan Malaka menjelaskan bahan dasarnya terbuat dari tanah liat dan dicampur menggunakan minyak tanah.
"Bola api sendiri dibuat menggunakan tanah liat yang dibentuk menjadi bola dan disiram minyak tanah. Sehabis shalat tarawih merupakan saat terbaik yang biasa saya dan teman-teman gunakan untuk memainkan kedua permainan ini," ungkapnya.
Kedua permainan tersebut tidak bisa dilupakan oleh Tan Malaka ketika mengisi waktu luang semasa kecil saat bulan Ramadan tiba.
Sebab, Tan Malaka mengalami hal yang tidak diinginkan akibat kedua permainan tersebut.
"Yang paling tak terlupakan saat saya bermain bola api saya berlari mencari got karena terkena percikan api yang menempel di jari kaki karena tanah liat berbentuk bulat kuat tiba-tiba rontok dan apinya masih menyala karena banyaknya minyak tanah," bebernya.
"Begitu juga dengan permainan meriam bambu lazim di tempat saya dinamakan lodong juga penuh kenangan bagi saya. Pertama kali bermain lodong muka saya tersembur asap karena pada saat meniup di rongga bambu tiba-tiba asap menyemprot muka saya," sambungnya.