TRIBUNNEWS.COM - Kapolres Tangerang Kota, Kombes Pol Deonijiu De Fatima baru saja mengangkat kakak beradik yatim piatu sebagai anak.
Mereka adalah Denas berusia 12 tahun dan Ramdani berusia 19 tahun.
Kakak beradik asal Tangerang, Banten itu menjadi yatim piatu setelah orang tuanya meninggal akibat Covid-19 pada pertengahan Juli 2021 lalu.
Diberitakan Tribunnews sebelumnya, kakak beradik itu merupakan warga Kelurahan Periuk Jaya, Kecamatan Periuk, Kota Tangerang.
Sang ibu meninggal dunia pada 9 Juli 2021 lalu, sedangkan ayah mereka meninggal dunia seminggu kemudian.
Tak hanya kedua orang tuanya, sang nenek juga meninggal karena terkejut mendengar ibu Ramdani meninggal.
Sang nenek meninggal beberapa hari setelah ibu dari Ramdani dan Denas tiada.
"Kami dari pihak kepolisian akan memperhatikan karena jadi anak yatim."
"Kami akan menjadikan anak asuh untuk memperhatikan kehidupannya ke depan, sekolahnya."
"Kami akan menjadikan anak angkat anggota Kepolisian Metro Tangerang Kota," jelas Kombes Pol Deonijiu De Fatima.
Baca juga: KA Bandara Jadi Alternatif Transportasi Penumpang Yogya International Airport
Lantas siapakah sosok Kombes Pol Deonijiu De Fatima?
Pria kelahiran Aileu, Timor Portugis, 23 Oktober 1972 ini menjabat sebagai Kapolres Metro Tangerang Kota sejak 16 November 2020.
Diambil dari Wikipedia, dirinya merupakan lulusan Akpol 1996 dan berpengalaman dalam bidang Brimob.
Sementara dikutip dari marinir.tnial.mil.id, Deonijiu De Fatima pernah menjabat sebagai Dansat Brimob Polda Metro Jaya.
Ia menjalankan amanah jabatannya termasuk mempererat tali silaturahmi, menjaga hubungan baik TNI-Polri.
Perjuangan dari Nol hingga Jadi Pejabat
Ada cerita tersendiri di balik pencapaian seorang Kombes Pol Deonijiu hingga saat ini.
Dulu dirinya pernah putus sekolah di jenjang pendidikan SD, tepatnya saat kelas 2 SD pada 1982.
Ia pernah tidak tinggal di rumah dan dan pernah disebut sebagai berandal di Timor Timur (sekarang Timor Leste).
Jalan kehidupannya berubah. Ia dimbil untuk bekerja oleh tentara yang disebut sebagai tenaga bantuan operasi (TBO).
Setiap tentara yang berdinas di Timor Timor pada saat itu akan mencari anak-anak untuk membantu mereka, mengangkat barang saat pindah, dan lainnya serta menjadi penunjuk jalan.
Deonijiu pun menjalani tugas barunya tersebut selama 4 tahun, dikutip dari Pos-Kupang.com.
Setelah tinggal bersama dengan tentara, ia lalu berkeinginan untuk hidup jadi tentara.
Baca juga: Banyak Baliho Puan Maharani Terpasang di Solo, Gibran: Ada Instruksi dari Partai
Tidak mudah tentunya, dirinya melewati waktu, dari bulan ke bulan, tahun ke tahun untuk mengenyam pendidikan.
Ternyata jadi tentara tidak gampang karena harus ada ijazah.
Setelah tamat SMA lantas dirinya mengikuti tes Akabri, ternyata dia lolos.
Deonijiu memiliki banyak pengalaman, pandai berkomunikasi dengan tentara dan polisi sehingga ia mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk ikut tes.
"Saya buktikan bahwa kalau ada kemauan, pasti bisa, saya lolos di Akabri tanpa uang," ucapnya.
Ayah dari tiga orang anak ini mengatakan, saat berpangkat AKBP sempat membuat buku mengenai dirinya dan membagikan buku tersebut kepada anak panti asuhan.
"Saya sudah ditinggalkan oleh bapak saya sejak saya masih SD, saya hidup ikut orang."
"Saya berikan buku sebagai motivasi bagi anak-anak panti asuhan bahwa meskipun kondisi mereka seperti itu, tapi harus tetap semangat untuk meraih masa depan," ucapnya.
Penjinak Bom
Sebelum menjadi Kapolres Tangerang Kota, Kombes Pol Deonijiu pernah menjabat sebagai Kasubden C Satuan Gegana Korbrimob Polri, Wakaden D Pelopor Satbrimob Polda Metro Jaya.
Juga Kaden Gegana Satbrimob Polda Metro Jaya, Kaden A Satbrimob Polda Metro Jaya, Kasubag Intel Korbrimob Polri, Wakapuslat Korbrimob Polri, dan pada 2018 menjabat sebagai Dansat Wanteror Pasgegana Korbrimob Polri.
Baca juga: Insentif PPN Properti DTP Diperpanjang hingga Desember, Aturan Keluar Pekan Depan
Bahkan dirinya pernah menyandang tugas sebagai polisi penjinak bom.
Saat itu dalam tayangan Mata Najwa yang diunggah YouTube MetroTVnews, tanggal 16 Juli 2014, dirinya bercerita butuh ketenangan menjadi seorang penjinak bom.
"Kembali pada person-nya harus memiliki ketenangan yang bagus, kemudian tidak ceroboh, punya perhitungan yang pasti, sehingga apabila dia dihadapkan pada bom tersebut, tidak grogi," ujarnya saat itu.
Kombes Pol Deonijiu pun juga pernah ditempatkan di daerah konflik yakni di Timor Timur, Aceh, Ambon, Papua hingga Poso.
(Tribunnews.com/Garudea Prabawati/Nuryanti) (Pos-Kupang.com/Hermina Pello)