Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pembangunan Fasilitas Pengolahan Sampah Antara (FPSA) Skala Mikro di Tebet telah mempertimbangkan dengan matang keberadaan masyarakat sekitar.
FPSA Skala Mikro dibangun dengan pendekatan pengolahan sampah di sumber dan habis di sumber, yang artinya, proses pengolahan sampah lebih cepat dan memotong jumlah emisi yang berdampak buruk terhadap lingkungan.
Fasilitas ini berguna dan menjadi salah satu solusi untuk menyelesaikan permasalahan sampah menahun DKI Jakarta yang hanya tergantung dengan di TPST Bantar Gebang.
Saat ini, pengolahan sampah di TPST Bantar Gebang menggunakan metode sanitary landfill. Sampah diangkut dari sumbernya dan dikirimkan ke TPST untuk diolah.
Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta Drs. Syaripudin, M.Si juga menitik beratkan pada TPST Bantar Gebang yang sudah over-capacity.
“TPST Bantar Gebang akan mengalami kelebihan muatan tahun ini. Tercatat pada 2014, timbulan sampah di TPST Bantar Gebang adalah 5.665 ton per day (tpd), dan naik menjadi 7.424 tpd pada 2020, atau naik 30 persen dalam 5 tahun,," ujarnya.
Baca juga: Cerita Hamish Daud Tentang Nilai Ekonomi Sampah, Menghidupi Pemulung hingga Korban PHK
Maka dari itu kebutuhan akan sebuah solusi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan sangat urgent dan perlu disiapkan dengan matang.
Berangkat dari permasalahan ini, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta menilai bahwa FPSA Skala Mikro seperti yang berlokasi di Tebet menjadi inovasi dan solusi yang tepat guna.
FPSA Skala Mikro ini akan mengolah sampah di dekat sumber sehingga memotong jalur panjang proses pengolahan sampah menjadi lebih cepat.
Teknologi yang digunakan di FPSA Skala Mikro bersifat ramah lingkungan yang tidak berdampak terhadap pencemaran udara yang disebabkan oleh emisi dan asap.
Perumda Sarana Jaya mendapat tugas dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk membangun FPSA Skala Mikro di dalam kota sesuai dengan Pergub 71 Tahun 2020 tentang Penugasan kepada Perusahaan Umum Daerah Pembangunan Sarana Jaya dalam Penyelenggaraan Fasilitas Pengolahan Sampah Antara di Dalam Kota. Direktur Utama Perumda Sarana Jaya Agus Himawan menyatakan, peran masyarakat menjadi penting untuk keberhasilan metode baru ini.
“Pengolahan sampah menggunakan metode FPSA Skala Mikro ini memang baru dan perlu mendapatkan dukungan dari masyarakat sekitar. Dukungan menjadi sangat penting untuk keberhasilan kita semua menyelesaikan permasalahan sampah Ibukota yang sudah menahun," ungkapnya.
Salah satu upaya dari Perumda Sarana Jaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proyek FPSA Skala Mikro di Tebet adalah menyiapkan Continuous Emission Monitoring Systems atau CEMS.
Dengan menggunakan sistem ini nantinya masyarakat di sekitar dapat memantau emisi yang dihasilkan.
“Ini merupakan wujud keterbukaan dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Perumda Sarana Jaya kepada masyarakat, memastikan bahwa FPSA Skala Mikro di Tebet terus mendukung kesehatan dan kesejahteraan masyarakat sekitar fasilitas ini,” tambah Agus.
FPSA Skala Mikro di Tebet akan dibangun menggunakan teknologi pemusnah sampah Hybrid Hydrodrive, dengan mengintegrasikan teknologi thermal dan non-thermal.
Untuk teknologi thermal ini adalah teknologi yang telah digunakan di beberapa negara maju seperti Jepang, Australia, dan Austria dengan penggunaan teknologi jenis ini terus meningkat sejak tahun 1995 sampai dengan 2019 di seluruh dunia, peningkatannya dari 12 persen menjadi 27 persen.
Teknologi ini mampu mengurangi residu sampah hingga tersisa hanya 10 persen dan efisien dari segi operasional. Fasilitas ini juga memastikan kenyamanan, kebersihan dan kesehatan masyarakat sekitar agar tidak terdampak dengan adanya fasilitas pengolahan sampah.
Beberapa teknologi dan peralatan lainnya juga akan diterapkan pada fasilitas ini dalam upaya untuk memitigasi risiko bau, asap, bising, dan banjir.
FPSA Skala Mikro di Tebet juga akan dilengkapi fasilitas pendukung lainnya seperti Learning Centre, Ampitheatre, Ruang Terbuka Hijau (RTH), Sarana olahraga, kantin, serta mushola yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Menurut Agus, keberadaan fasilitas tersebut di dalam area FPSA Skala Mikro menjadi bukti bahwa emisi dari pengolahan sampah di fasilitas ini sangat sedikit dan tidak mengganggu masyarakat, bahkan cenderung mendukung aktivitas kita semua.
"FPSA Skala Mikro bukan hanya tempat pembuangan sampah modern, tapi menjadi sebuah gaya hidup baru yang perlu kita biasakan,” tutup Agus.