TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ahli Psikologi Forensik Reza Indragiri Amriel turut memberii tanggapannya soal insiden penembakan yang terjadi di exit Tol Bintaro, pada Sabtu (27/11/2021) lalu.
Diketahui peristiwa ini menyebabkan 2 orang mengalami luka terkena tembakan, yang kemudian satu diantaranya meninggal dunia.
Sementara untuk pelakun penembakan adalah Ipda OS, anggota polisi Satlantas Patroli Jalan Raya Polda Metro.
Hingga kini, berdasarkan informasi yang disampaikan polisi, Reza belum bisa menelisik penyebab penembakan itu dilakukan petugas PJR.
Meskipun begitu, ia menyoroti seberapa genting situasi yang membuat seorang petugas PJR sampai melakukan penembakan di jalan.
Baca juga: Penembakan di Bintaro Kabarnya Bermula dari Mobil Staf Anggota Dewan yang Dibuntuti Korban
Menurut Reza, situasi insiden akan mudah dianalisis jika pelaku adalah anggota Satreskrim.
"Kalau aksi penembakan itu sampai dua orang jatuh pada waktu yang sama dilakukan petugas Reskrim barang kali kita akan lebih mudah bisa membayangkan situasinya."
"Tapi kemudian peristiwa itu dilakukan oleh petugas PJR menurut saya agak jadi tidak biasa," kata Reza, dikutip dari tayangan YouTube TV One, Rabu (1/12/2021).
"Tapi sekali lagi, ketika senjata api diletuskan oleh seorang petugas PJR bukan oleh petugas Reskrim."
"Sungguh saya tidak bisa membayangkan situasi sekritis apa, segenting apa yang membuat petugas patroli sampai menembak pengemudi kendaraan bermotor," imbuh dia.
Baca juga: Ipda OS, Pelaku Penembakan di Exit Tol Bintaro adalah Anggota Polda Metro Jaya
Pertanyaan Reza tersebut bukan tanpa alasan.
Berdasarkan hasil studi yang ada, menurut Reza, angka situasi kritis di jalan raya hanya berkisar satu.
Sehingga jarang sekali peristiwa yang membuat petugas PJR sampai mengeluarkan tembakan.
"Dari rata-rata 10 juta kendaaraan bermotor, yang setiap tahunnya dihentikan oleh petugas di jalan raya, situasi kritisnya hanya sekitar 1. "