"Karena itu kami ingin menyampaikan rasa hormat dengan memberikan pemugaran atas makam yang selama ini belum banyak dikenal, sebagai makam seorang tokoh amat penting, dalam perjalanan melawan penjajahan," katanya.
"Pemugaran ini menjadi pengingat kita bersama bahwa, Jakarta menjadi tempat peristirahatan terakhir begitu banyak pejuang. Kita harus selalu menghormati dan menghargai perjuangan mereka," ujarnya.
Sementara itu, Tengku Dian Anggraeni Binti Tuanku Ali Zurkarnaen Bin Sultan Alaidin Muhammad Daud Syah, atas nama ahli waris berterima kasih kepada Anies Baswedan.
Baca juga: Ketika Kumandang Azan Menggema Pertama Kali di Jakarta International Stadium, Anies: Sangat Syahdu
"Kaum Alaiddin Kesultanan Aceh Darusalam dan masyarakat Aceh mengucapkan banyak terima kasih kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan yang telah memberikan penghargaan tertinggi kepada Sultan Alaiddin Muhammad Daud Syah sebuah istana dan singgasana terakhir beliau walau hanya 3 x 2 meter," ungkapnya.
Ia pun mengatakan bahwa yang dilakukan Anies bukan memugar makam tetapi memugar peradaban.
"Karena apa? Karena Sultan tidak pernah mengejar kekuasaan tetapi dengan berbagai penderitaan beliau mempertahankan aqidah sebagaimana yang telah digariskan Baginda Rasul Muhammad Saw," ujarnya.
Ia pun mengatakan bahwa membangun suatu negara bukan dengan uang semata, tetapi harus didahului visi.
"Uang tidak menciptakan uang, tetapi visi yang menciptakan uang. Atas dasar ini lah kami tidak memberikan rencong sebagai simbol senjata kepada bapak, tetapi yang kami berikan adalah siwah, karena siwah sebagai simbol kearifan dan siwah adalah perangkat sultan atau meuneungui sultan sebagaimana yang kami tulis di sini, merawat peradaban butuh eksistensi dan komitmen yang kuat," katanya.