Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fersianus Waku
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Waktu menunjukkan pukul 12.35 WIB di Terminal Kalideres, Jakarta Barat.
Lalu lalang pemudik yang tiba di terminal seolah mengabaikan panasnya terik matahari.
Dari kejauhan tampak seorang lelaki sedang beristirahat di sebuah bagasi bus bak melepaskan lelahnya.
Lelaki itu adalah Wawan Gustiawan (52), seorang kernet di PT Gapuraning Rahayu jurusan Sidareja, Cilacap, Jawa Tengah-Kalideres.
Wawan mengatakan, meski pemerintah memperbolehkan mudik Lebaran tahun ini, namun sama sekali tak berpengaruh baginya.
"Sama aja sih. Sekarang kan musim Lebaran ya, musim rame. Gaji tetap segitu aja, enggak ada kenaikan gaji," kata Wawan kepada Tribunnews.com di Kalideres, Sabtu (9/5/2022).
Sebagai seorang kernet, jasa Wawan dibayar Rp 100.000 untuk sehari semalam perjalanan.
Dengan gaji sebegitu, dia mengaku tak bisa mencukupi kebutuhan keluarganya.
Apalagi, Wawan memiliki tanggungan membiayai sekolah dari kedua anak-anaknya yang kini masih duduk di bangku sekolah menengah kejuruan (SMK).
"Kalau dihitung-hitung buat makan sih enggak cukup. Kalau enggak dapat bonus ya sudah cuma Rp 100.000," ujarnya.
Menurutnya, dia mendapat bonus bila penumpang lebih di atas 35 orang. Namun, masih tak cukup sebab dibagi sama sopir.
Baca juga: 1.586 Pemudik Tiba di Terminal Kalideres hingga Siang Ini
Wawan mengaku, beruntung memiliki warung di kampung halamannya di Ciamis, Jawa Barat, untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
"Kalau enggak dibantu sama warung aduh susah. Emang cukup kalau buat makan sehari Rp 100.000 punya istri anak dua zaman sekarang? Tapi ya Alhamdulillah punya warung kecil-kecilan," ujarnya.
Bekerja sebagai kernet selama 20 tahun, Wawan mengisahkan suka dukanya. Dirinya bahagia bila penumpang ramai.
"Sukanya kalau mobil banyak penumpang, bisa dapat bonus. Dukanya kalau lagi ramai mobil mogok di jalan, ya susahnya di situ," ucapnya.
Wawan mengaku, kerja sebagai kernet sangat cape apalagi ketika mobil rusak. Namun, sebagai tulang punggung keluarga ia tak pasrah demi menghidupi keluarganya.
"Emang cape risikonya kalau kerja di mobil, mas. Kalau mobil rusak kita kan harus bisa menyelesaikan gimana caranya mobil bisa jalan," ungkapnya.