"Kita akan melakukan perbaikan terhadap JKN untuk terus meningkatkan pelayanan kesehatan," ucapnya.
Kemudian Transformasi SDM kesehatan.
Tiga isu besar yang dihadapi di antaranya terkait jumlah yang masih belum mencukupi sesuai standar, maldistribusi dimana dokter-dokter masih lebih senang berada di daerah perkotaan daripada di daerah-daerah tertinggal, dan kualitas.
"Bagaimana kita bisa meningkatkan kualitas dokter ini bertaraf International. Kenapa kita penting meningkatkan kualitas dokter, karena kita akan membuka AMEA 2025, dimana tenaga asing ini akan masuk ke Indonesia, bersamaan dengan investasi dari rumah sakit yang dibawa," katanya.
Keenam, Transformasi Teknologi Kesehatan.
Baca juga: Kemenkes Membuka Program Bantuan Pendidikan (PBP) Dokter untuk Memenuhi Jumlah Tenaga Kesehatan
"Kita tidak boleh lagi buta terhadap IT karena semua, bukan hanya orang IT, dokter pun sekarang semuanya harus paham terhadap IT,” kata Arianti.
Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan DKI, dr Widyastuti MKM mengatakan, Jakarta juga sedang menuju transformasi sistem kesehatan.
Di DKI Jakarta tentu sepakat dan semangat, serta sudah mencoba membahas sejak tahun 2019, kemudian terhantam Covid-19 sehingga tertunda.
Beberapa tahun yang lalu seorang guru besar FK UI, mengatakan kenapa dokter Puskesmas banyak sekali yang merujuk kasus-kasus sederhana ke rumah sakit, bahkan sampai ke RSCM.
Kedua, di beberapa forum dengan organisasi IDI bagaimana distribusi dokter dan pengaturannya di Indonesia.
"Apakah betul-betul sudah ditata dengan baik sehingga tidak semuanya bertumpuk di Jakarta," ujarnya.
Visi Misi FKUI
Dalam webinar ini, Dekan FK UI Prof DR dr Ari Fahrial Syam menjabarkan visi dan misi FKUI.
Disebutkan, visi FK UI 2020-2024 yaitu menjadi pusat ilmu pengetahuan, teknologi kedokteran, dan budaya yang unggul dan berdaya saing, melalui upaya mencerdaskan kehidupan bangsa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga berkontribusi bagi pembangunan Indonesia dan dunia