TRIBUNNEWS.COM - Berikut ini penjelasan makna logo Ulang Tahun Jakarta.
Tahun ini merupakan HUT ke-495 DKI Jakarta, angka tersebut memuat makna logo Ulang Tahun Jakarta.
HUT ke-495 tahun ini bertemakan Jakarta Hajatan dan didalam logo Ulang Tahun Jakarta memuat dua bahasa utama.
Baca juga: Peringati HUT DKI Jakarta, Ancol Siapkan 24.500 Tiket Masuk Gratis
Baca juga: Penyebab Kualitas Udara di Jakarta dan Sekitarnya Masuk Kategori Tidak Sehat
Mengutip jakarta.go.id, logo Jakarta Hajatan terdiri dari dua slogan bahasa, yakni bahasa Indonesia dan bahasa Inggirs yang digunakan sesuai dengan targen audiens.
Warna utama dari logo '495' menggunakan enam warna menor yang terinspirasi dari karakter kotanya.
Setiap warna mewakili makna atas pencapaian kota Jakarta.
Ada enam warna yang digunakan dalam logo HUT ke-495 Jakarta, yakni:
1. Hijau Betawi
Warna Hijau Betawi menjadi salah satu ciri khas warna Betawi seringkali dimaknai harmoni dan menunjukkan masyarakat Betawi yang dapat hidup berkolaborasi dengan suku yang lain.
2. Biru Abang
Warna Biru Abang mewakili pergerakan masyarkat Jakarta yang berdampingan, berdesakan dan saling terkoneksi. Membaur dalam interaksi dan konflik yang bergerak dari segala penjuru kota.
3. Kuning Gigi
Warna Kuning Gigi Balang melambangkan berbakat dalam bisnis menuju Kota Global. Warna ini diwakili oleh icon Kota Jakarta, Monas.
4. Jingga Bis Kota
Warna Jingga Bis Kota mewakili kerja keras yang dijalani di dalam kota Jakarta. Semangat yang menggebu untuk terus menggapai impian menjadi Kota Global.
5. Pink None
Warna Pink None melambangkan semangat yang cerah atau kontras dari masyarakat kota Jakarta. Dengan semangat ini, Jakarta terpilih sebagai tuan rumah acara U20.
6. Biru Pesisir
Warna Biru Pesisir melambangkan Jakarta dengan acara internasional yang diselenggarakan di Jakarta.
Dalam logo HUT Jakarta, menyematkan '495' sebagai representasi usia kota saat ini.
Setiap unsur yang terkandung dalam logo yang memberi makna sekaligus pesan akan pencapaian kota Jakarta yang telah-sedang-dan terus dilakukan.
Hal ini, menunjukkan pesan akan upaya akselerasi kota yang terus mengelevasi diri dalam, manusia, budaya, dan pembangunan lainnya.
Untuk slogan "Kolaborasi, Akselerasi, Elevasi" memiliki makna khusus.
Kolaborasi: Merayakan identitas sekaligus semangat kota Jakarta sebagai "Kota Kolaborasi"
Akselerasi: Menunjukkah upaya kota Jakarta untuk terus maju
Elevate: Visi Jakarta yang terus bertumbuh di kancah global
Sejarah Singkat HUT Jakarta
Ulang tahun Jakarta diperingati tiap 22 Juni.
Penetapan ulang tahun ibu kota tersebut memiliki sejarah panjang.
Dari informasi di laman Suku Dinas perpustakaan dan kearsipan jakarta Pusat, HUT Jakarta ditetapkan pada masa pemerintahan Wali Kota Jakarta Sudiro, periode 1953-1968.
Mulanya, pada masa kolonial, Belanda memperingati hari jadi Kota Batavia tiap akhir Mei.
Sebab, pada akhir Mei 1619, Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen berhasil menaklukkan Jayakarta.
Baca juga: BMKG: Kualitas Udara di Jakarta Tidak Sehat, Dapat Sebabkan Infeksi Saluran Pernafasan dan Paru-paru
Usai kemerdekaan Indonesia, Sudiro menyadari perlunya peringatan ulang tahun Jakarta yang berbeda dengan perayaan berdirinya Batavia peninggalan kolonial.
Ia pun memanggil sejumlah ahli sejarah seperti Mohamad Yamin dan Sukanto, serta wartawan senior Sudarjo Tjokrosiswoyo.
Mereka diberi tugas untuk menelusuri kapan Jakarta didirikan oleh Fatahilah.
Kala itu, Sudiro punya keyakinan jika peristiwa tersebut terjadi pada 1527.
Namun, masih timbul pertanyaan terkait hari, tanggal dan bulan lahir Jakarta.
Lalu, Sukanto menyerahkan naskah berjudul "Dari jayakarta ke Jakarta".
Ia menduga 22 Juni 1527 adalah hari paling dekat dengan waktu pendirian Kota Jayakarta oleh Fatahillah.
Naskah tersebut akhirnya diserahkan Sudiro pada Dewan Perwakilan Kota Sementara untuk dibahas.
Anggota dewan langsung bersidang dan menetapkan 22 Juni 1527 sebagai hari lahir Jakarta.
Tepat pada 22 Juni 1956, Sudiro mengajukan penetapan hari lahir Jakarta tersebut pada sidang pleno.
Sejak saat itu, tiap 22 Juni diadakan sidang istimewa DPRD DKI Jakarta sebagai tradisi memperingati hari lahir Jakarta.
(Tribunnews.com, Renald)(Kompas.com, Ulfa Arieza)