Laporan Wartawan Tribunnews, Taufik Ismail
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah telah menaikan harga BBM bersubsidi di antaranya Pertalite dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter.
Sementara untuk jenis Solar dari Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter.
Kenaikan BBM tersebut membuat harga eceran BBM di luar SPBU turut naik.
Di wilayah Kemandoran Jakarta Barat, harga jual pertalite naik Rp 2.000 dari yang tadinya Rp 10.000 per liter menjadi Rp 12 ribu per liter.
“Naik Rp 2 ribu mas, mau gimana lagi dari sananya udah naik,”kata Vivi seorang penjual bensin eceran, Minggu (4/9/2022).
Selain pertalite harga pertamax di pedagang pengecer juga naik menjadi 16.500 per liter dari yang asalnya Rp 15 ribu.
Baca juga: Apa Itu BBM Revvo 89? Memiliki Oktan Lebih Rendah dari Pertalite
Hanya saja kata dia untuk pertamax jumlah persediaanya tidak sebanyak pertalite.
“Pertamax cuma sedikit, yang belinya juga sedikit, apalagi harganya lagi naik gini, pasti nyari yang murah lah,” katanya.
Vivi mengatakan menaikan harga BBM sekitar jam 3-an. Ia mengaku mengetahui harga BBM naik dari internet.
“Sekitar jam 3 an, tahu dari google, terus mastiin di TV, eh ternyata bener naik, untung lagi ga ada yang beli,” katanya.
Baca juga: Tolak Kenaikan BBM, Para Buruh Rencana Lakukan Aksi Demo pada 6 September 2022
Vivi mengaku kaget mendengar kenaikan BBM tersebut.
Pasalnya pemerintah menaikan harga secara tiba-tiba, tanpa pemberitahuan sebelumnya.
Biasanya pengemuman kenaikan baru berlaku keesokan harinya.
“Buat pedagang kaya kita jelas kaget, tiba tiba, untung kita nonton berita, kan biasanya berlaku jam 12 malam gitu,” tuturnya.
Iskandar pedagang bensin eceran di wilayah Kebayoran Lama mengaku kenaikan harga BBM membuat pembeli bensin eceran berkurang.
Biasanya sehari ia bisa menjual 40 botol atau liter bensin.
Sehari setelah kenaikan harga, permintaan bensin eceran berkurang hampir setengahnya.
“Berkurang banget, 20 botol sampe malem gini belum nyampe, orang kalau lagi naik gini mending beli di SPBU maksain,” katanya.