"Jadi kami sama-sama mengerti dengan tugas kami masing-masing sesuai kami menjalankan tugas kami, anda pun menjalankan tugas. Jadi mohon maaf sebesar-besarnya. Di sinilah kami minta maaf dengan sangat mohon ya," imbuh dia.
Kendati begitu, Rian meminta agar perkara ini tidak dibesar-besarkan, termasuk pengeksposan kehidupan warga di kolong tol Cawang - Pluit.
"Jadi jangan dibesar-besarkan lah, enggak ada hasilnya gitu. Jalankan apa kehidupan kami masing-masing aja," jelasnya.
Rian mengungkap, alasannya sempat melarang wartawan adalah sebab warga takut jika informasi yang dipublikasikan bisa berdampak pada penggusuran.
Sementara, mereka tak punta tempat lain untuk bermukim, jika tidak di tempat tersebut.
Apalagi dengan penghasilan yang tak menentu dan tak seberapa tiap harinya, membuat warga kesulitan untuk menyewa kontrakan.
"Kami warga dari Tanjung Duren ini takut juga ya ada penggusuran gitu. Nah jadi kami harus berusaha, karena dari awal media berkembang dari kecil sampai besar nantinya," kata Rian.
Dia mengaku, para warga ingin hidup tenang apa adanya saja seperti hari-hari biasanya.
"Kami mau hidupnya tenang aja gitu. Jangan sampai, ya kalau ada memang artis atau bantuan apa gitu kalau tujuan ke sini baik ya enggak apa-apa, tapi jangan diperkembangkan di media, dibesar-besarkan," ungkap Rian.
"Jangan lah, kami nyari ketenangan aja. Biar hidup di kolong, hidup apa adanya," lanjutnya.
Menurut Rian, para warga di tempat itu memiliki profesi yang beragam. Mulai dari sopir bajaj, petani, dan pedagang.
Dirinya berharap, para warga di kolong tol Cawang - Pluit tak mendapatkan penggusuran buntut viralnya tempat tinggal mereka.
"Enggak ada mengharapkan apa-apa, biasa-biasa aja kami juga. Kalau memang mau dibantu silakan, ada sekolahan ada apa, silakan. Tapi jangan sampai mencari hasil masing-masing lah gitu ya," ujar Rian.
"Ada artis kemaren datang ya cari sensasi aja gitu, cari nama. Bantu sekolahan atau musala tapi tujuannya itu cari nama baiknya dia sendiri," pungkasnya.