News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Perdagangan Orang

Terdapat Tiga Layer Dalam Kasus TPPO Modus Perdagangan Ginjal Jaringan Kamboja di Kabupaten Bekasi

Penulis: Fahmi Ramadhan
Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Konferensi pers terkait kasus penjualan ginjal Internasional di Polda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (20/7/2023).

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Polisi mengungkap berbagai peran yang dilakukan para tersangka kasus tindak pidana perdagangan orang (TPPO) modus jual beli ginjal jaringan Kamboja di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Trunoyudo Wisnu Andiko mengatakan bahwa terkait hal itu terdapat setidaknya tiga layer atau lapisan ketika pelaku melancarkan aksinya.

Adapun layer pertama, dijelaskan Trunoyudo, merupakan seorang tersangka bernama Hanif yang berperan sebagai Liaison Officer (LO) dan berlokasi di Kamboja.

"Jadi yang nerima pendonor (ginjal) ini yang direkrut layer. Kemudian disana ditampung kemudian diarahkan ke rumah sakit," kata Trunoyudo kepada wartawan, Jum'at (21/7/2023).

Kemudian ada Husni dan Lutfi perannya pembuat passport perekrut calon pendonor ginjal. Kemudian koordinasi di Kamboja juga atas nama Lutfhi

Lalu terdapat layer kedua yang dimana salah satu tersangka bernama Septian memiliki peran sebagai koordinator di wilayah Indonesia.

Septian dikatakan Trunoyudo diketahui sempat melarikan diri pada saat mendengar kabar polisi melakukan penggeledahan di wilayah Bekasi terkait kasus TPPO tersebut.

"Melarikan diri mencari perlindungan melalui sopir taksi online yang dikenal yang kemudian ini perannya merupanan koordinator di Indonesia," ucapnya.

Selain dua peran sindikat tersebut, Truno juga menjelaskan bahwa terdapat peran beberapa tersangka yang berada di luar sindikat tersebut.

Salah satunya yakni oknum anggota polisi atas nama M bahwa berdasarkan keterangan pelaku, M memerintahkan untuk berpindah tempat dan mematikan ponsel.

"Kemudian ada Husni dan Lutfi perannya pembuat passport perekrut calon pendonor ginjal. Kemudian koordinasi di Kamboja juga atas nama Lutfhi," jelasnya.

Kemudian terdapat layer ketiga yang dimana lanjut Trunoyudo, terdapat seseorang yang berperan sebagai koordinator yang membantu sejumlah tersangka.

"Ini ada guru koordinator yang membantu dari Heru kemudian ada Darma, Muhammad, Akmal, Ramdani, dan Evan Prasetya. Dan layer-layer ini dulunya adalah pendonor dari organnya yaitu organ ginjal," ujarnya.

Atas perbuatan itu polisi pun menjerat para pelaku dengan Pasal 2 dan Pasal 4 Undang Undang Nomor 21 tahun 2007 dengan ancaman hukuman penjara maksimal 15 tahun.

Untuk informasi Polda Metro Jaya bersama Polres Metro Bekasi akhirnya mengekspos kasus perdagangan ginjal Internasional yang sempat viral di kawasan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi.

Dalam kasus ini, polisi berhasil menangkap 12 orang tersangka yang terlibat dalam jaringan penjualan ginjal Internasional tersebut.

"Sampai saat ini, tim menahan 12 tersangka," kata Kapolda Metro Jaya Irjen Karyoto dalam konferensi pers di Polda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (19/8/2023).

Karyoto mengungkapkan dalam kasus ini 12 tersangka yang ditangkap berasal dari sindikat, luar sindikat, hingga instansi perdagangan ginjal Internasional tersebut.

"Sembilan tersangka sindikat dalam negeri, satu tersangka sindikat jaringan luar negeri, dua tersangka di luar sindikat, itu dari oknum instansi, oknum Polri ada," ungkapnya.

Baca juga: Polisi di Kasus Perdagangan Ginjal Internasional Anggota Polres Bekasi, Kini Diperiksa Propam

Adapun ke-12 tersangka yang berhasil ditangkap berinisial MA alias L, R alias R, DS alias R alias B, HA alias D, ST alias I, H alias T alias A, HS alias H, GS alias G, EP alias E, LF alias L.

Lalu, satu anggota Polri berinisial Aipda M alias D dan satu pegawai Imigrasi berinisial AH alias A.

Untuk 10 tersangka dijerat Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) dan atau Pasal 4 Undang Undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2007. tentang pemberantasan tindak pidana perdagangan orang.

Sementara untuk anggota Polri dijerat Pasal 22 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang jo. Pasal 221 ayat (1) ke 1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (Obstruction of justice / Perintangan penyidikan).

Selanjutnya, untuk pegawai Imigrasi dijerat Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang yang berbunyi Setiap penyelenggara Negara yang menyalahgunakan kekuasaan yang mengakibatkan terjadinya tindak pidana perdagangan orang.

Sementara itu, untuk korban yang sudah mengikuti praktek sindikat ini hingga kini sudah sebanyak 122 orang.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini