Hady mengungkapkan lantai 22 apartemen itu memang tidak pernah dikunci sehingga siapa saja dapat masuk untuk beribadah.
Polisi juga menjelaskan, penunggu rumah ibadah bernama Akong tidak melihat saat satu keluarga tersebut hendak melompat.
Pasalnya, lokasi bunuh diri satu keluarga tersebut bukan di area tempat ibadah, melainkan di taman.
"Karena ada dua bagian, sebelah kiri klenteng, sebelah kanan taman. Nah, posisi korban loncat itu di daerah taman sana," ujar dia.
Baca juga: Reza Indragiri Tak Sepakat Sebutan Bunuh Diri Satu Keluarga Loncat dari Apartemen di Penjaringan
Hady juga mengungkapkan, Akong memang melihat saat korban berinisial AEL berdoa.
Namun, ia tak menyangka apabila korban bersama keluarganya akan melompat ke lantai bawah.
"Sembahyang dilihat, cuma enggak nyangka dia kalau selesai ibadah bakal loncat," tutupnya.
DISCLAIMER:
Berita atau artikel ini tidak bertujuan menginspirasi tindakan mengakhiri hidup.
Pembaca yang merasa memerlukan layanan konsultasi masalah kejiwaan, terlebih pernah terbersit keinginan melakukan percobaan mengakhiri hidup, jangan ragu bercerita, konsultasi atau memeriksakan diri ke psikiater di rumah sakit yang memiliki fasilitas layanan kesehatan jiwa.
Berbagai saluran telah tersedia bagi pembaca untuk menghindari tindakan itu.
Pembaca bisa menghubungi Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes (021-500-454) atau LSM Jangan Bunuh Diri (021 9696 9293) atau melalui email janganbunuhdiri@yahoo.com.
Sebagian artikel telah tayang di Tribun Jakarte dengan judul "Pengakuan Kerabat Satu Keluarga yang Terjun dari Apartemen, Dua Anak Korban Setahun Tak Sekolah"
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)(Tribun Jakarta/Rr Dewi Kartika/Gerald Leonardo Agustino)(Kompas.com)
Artikel lain terkait Sekeluarga Tewas Loncat dari Apartemen