Tegar telihat mendekap dua lengan korban dan berjalan menysuri lorong gedung KALK C.
Kondisi gedung saat itu ramai, namun para taruna lain tak membantu membopong korban.
Kuasa hukum korban, Tumbur Aritonang, meminta pihak STIP membantu proses penyelidikan dengan memberikan semua bukti.
Menurut Tumbur Aritonang, bukti yang dimiliki STIP dapat mengkungkap fakta-fakta lain dalam kasus ini.
Baca juga: Kemenhub Buka Suara Soal Nasib 12 Taruna STIP Jakarta yang Dibawa Polisi Buntut Tewasnya Putu Satria
Selain itu, pihak STIP diminta untuk tidak mengintervensi taruna lain yang berstatus saksi dan berada di lokasi penganiayaan.
"Begini, kejadian ini kan di internal sekolah, spesifiknya itu kan di toilet pria, itu kan lingkungan STIP, pasti STIP lah yang punya semuanya, dari mulai CCTV."
"Terus saksi itu kan taruna STIP semua, jadi STIP sangat berperan penting untuk membongkar perkara ini," tuturnya.
Ia berharap dengan terbongkarnya kasus ini menjadi evaluasi untuk instansi pendidikan agar tidak terjadi kasus serupa.
Ibu Tegar Pingsan
Paman Tegar, Triyono, mengatakan ibu tersangka kecewa dengan aksi kekerasan yang mengakibatkan taruna tewas.
"Saat kejadian saya langsung hubungi ibunya (Sri). Lalu mengunjungi rumahnya."
"Kondisi ibunya seperti habis pingsan syok sepertinya," paparnya, Minggu (5/5/2024).
Baca juga: Mantan Taruna Ungkap Perpeloncoan di STIP Jakarta: Wajib Panggil Nior dan Dipukul Kakak Tingkat
Setelah sadar, Ibu Tegar langsung melampiaskan kekecewaannya melalui sambungan telepon.
"Ya Allah Tegar tega sekali sama mama. Mama cari uang buat kamu bangun pagi, pulang malam. Kamu tega begitu sama mama," ucap Triyono menirukan perkataan Sri.
Pihak keluarga bahkan mengosongkan rumah yang terletak di Kampung Bulak, Jati Asih, Bekasi, Jawa Barat, karena masih syok dengan kejadian ini.