Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Annas Furqon Hakim
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Ade Ary Syam Indradi memberikan update kasus dugaan pelecehan seksual dengan terlapor mantan rektor Universitas Pancasila Edie Toet Hendratno.
Kasus ini naik ke tahap penyidikan usai penyidik Polda Metro Jaya melakukan gelar perkara.
Polisi menyebut ada unsur tindak pidana dalam kasus dugaan pelecehan Edie Toet terhadap dua pegawainya.
"Dalam gelar perkara diputuskan ada dugaan tindak pidananya, makanya ditingkatkan statusnya ke penyidikan," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Ade Ary Syam Indradi, Jumat (14/6/2024).
Penyidik sudah mengantongi hasil visum psikiatrikum kedua korban dari RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur.
Baca juga: Saleh Husin, Agum Gumelar hingga Suhardi Alius Hadiri Pelantikan Rektor Baru Universitas Pancasila
Ade Ary mengatakan, polisi masih akan memeriksa sejumlah saksi untuk mendalami kasus ini.
"Selanjutnya penyidik melanjutkan prosesnya dengan melakukan pemeriksaan saksi-saksi dalam tahap penyidikan," terang dia.
Edie sebelumnya dilaporkan ke Polda Metro Jaya terkait dugaan pelecehan seksual terhadap dua stafnya yakni perempuan berinisial RZ dan DF namun membantah tuduhan telah melakukan pelecehan.
Edie tidak menyangka dituduh melakukan pelecehan seksual hingga membuatnya dipolisikan dan dinonaktifkan sebagai Rektor Universitas Pancasila.
"Tidak pernah terpikirkan sedikit pun oleh saya bisa berada di titik seperti ini," kata Edie, Kamis (29/2/2024).
Edie merasa kasus ini telah membuatnya berada di titik nadir.
Ia menyebut nama baiknya hancur dan prestasinya lenyap seketika.
"Titik nadir paling bawah. nama baik saya dipertaruhkan.
Bukan hanya nama baik saya yang hancur, prestasi, loyalitas saya tiba-tiba harus lenyap," ujar dia.
Ia mengaku sedih sekaligus malu lantaran dituding melecehkan dua bawahannya.
Ia merasa menjadi korban pembunuhan karakter.
"Mungkin bapak dan ibu nggak bisa menggambarkan kesedihan saya, malu saya, dan sedih saya. Karena apa? Selama saya mengabdi di dunia pendidikan baru sekali ini saya dihina, dijadikan korban character assasination, pembunuhan karakter," ucap Edie.
"Padahal, seorang dosen atau guru, saya orang yang betul menjaga etika dan budi. Saya sangat malu di depan semua orang. Makanya saya pakai topi," imbuh dia.
Menurut dia, kasus ini juga turut berdampak terhadap keluarganya yang ikut merasa malu.
"Saya punya keluarga, saya punya istri dan anak-anak yang sudah besar.
Bisa dibayangkan gak, betapa mereka sedih dan malu ayahnya diperlakukan seperti ini," tutur Edie.
Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Ada Unsur Pidana, Kasus Dugaan Pelecehan Eks Rektor Universitas Pancasila Naik Penyidikan