Mulanya Sherly membujuk sang suami agar membatalkan niat berkampanye di Taliabu. Alasannya karena Kabupaten Taliabu tidak memiliki cukup sumber daya dan fasilitas umum yang memadai, bahkan apoteknya pun tidak memiliki obat-obatan seperti panadol.
Usai membujuk kedua kalinya, almarhum Benny Laos setuju dengan Sherly pulang lebih cepat dari semula 4 hari menjadi hanya 2 hari di Taliabu.
Rombongan mampir untuk mengisi stok bahan pangan di Bobong, Kecamatan Taliabu Barat. Ketika bersandar, speedboat dengan nama lambung Bela 72 mengisi bahan bakar minyak. Almarhum Benny Laos dan Sherly sedang berada di atasnya.
Baca juga: Mendagri Tito Karnavian Beri Wejangan Agar Anak-anak Almarhum Benny Laos Kuat Hadapi Cobaan
Saat di atas kapal, mulanya Sherly berada di area luar dan duduk di sisi almarhum Benny Laos. Lantaran lama menunggu ia memilih beristirahat sendiri di kamar dan sempat tertidur.
Ketika bangun Sherly mendapat informasi bahwa kapal sudah selesai mengisi BBM. Namun rasa janggal muncul ketika tercium bau BBM hingga masuk ke dalam kamar.
Baunya tidak seperti BBM biasa, ada bau yang menyengat hidung katanya. Saat ingin keluar, asistennya meminta Sherly tetap di dalam kamar karena bau bensin di bagian luar lebih menyengat.
Tak berselang lama dari itu, kapal tiba-tiba meledak. Sisi kamar terbuka imbas ledakan dan Sherly terpental ke depan kapal.
"Biasanya BBM diisi kita di kapal juga baik-baik saja, nggak tahu kenapa kali ini kapalnya meledak," ucapnya.
Saat itu ia berusaha mau menyelam untuk mencari suaminya. Namun kakinya tidak bisa digerakkan karena luka bakar imbas ledakan. Dirinya kemudian ditarik naik ke daratan.
Sherly dilarikan ke puskesmas terdekat, sementara suaminya dibawa ke rumah sakit.
Baca juga: Profil Sherly Tjoanda, Istri Benny Laos Cagub Maluku Utara yang Didorong Gantikan Pencalonan Suami
Sewaktu menghampiri suaminya yang sedang dirawat, denyut jantung Benny Laos masih ada. Seketika itu Sherly berdoa agar suaminya bisa selamat.
Tapi rumah sakit tempat Benny Laos dirawat tidak memiliki fasilitas darurat apapun. Alat bantu pernapasan hanya sebatas pompa manual, tanpa ada inkubator atau alat darurat kesehatan lainnya.
"Pak Benny masih punya nadi, tapi dia nggak bisa bernapas sendiri. Seandainya ada alat picu jantung mungkin semua akan berbeda," tutur Sherly.
"Saya berdoa nggak mungkin pak Benny selesai di sini nggak mungkin," lirih Sherly menahan tangis.