News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Bos Rental Mobil Tewas Ditembak

Pangkoarmada RI Ungkap Senjata Api yang Dibawa Oknum TNI AL Penembak Bos Rental Sudah SOP

Penulis: Nina Yuniar
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pangkoarmada RI Laksamana Madya TNI Denih Hendrata dalam konferensi pers di Mako Koarmada RI Jakarta Pusat pada Senin (6/1/2025) terkait kasus penembakan bos rental mobil di KM 45 Rest Area Tol Merak - Tangerang pada 2 Januari 2025.

TRIBUNNEWS.COM - Pangkoarmada RI Laksamana Madya TNI Denih Hendrata menyebut senjata yang dibawa oknum TNI AL penembak bos rental di rest area KM 45 Tol Tangerang-Merak, Banten, Kamis (2/1/2025), sudah sesuai SOP.

Sebagaimana diketahui, terjadi insiden penembakan oleh oknum TNI AL yang menewaskan Ilyas Abdurahman (48), bos rental mobil Makmur Jaya di Tangerang, Banten, Kamis pagi lalu.

Insiden ini juga mengakibatkan satu korban lainnya yakni R (59) dengan luka tembak serius.

Adapun terdapat 3 anggota TNI AL yang terlibat dalam aksi penembakan ini antara lain Sertu AA, Sertu RH, dan KLK (Kepala Kelasi) BA.

Dari ketiga oknum TNI AL tersebut, diketahui bahwa anggota yang melakukan penembakan adalah Sertu AA.

Denih mengungkapkan bahwa kepemilikan senjata api yang malah digunakan oknum TNI AL untuk menembak bos rental hingga tewas, sudah sesuai dengan Standard Operating Procedur (SOP) atau Prosedur operasi standar.

"Masuk masalah senjata. Senjata itu, senjata inventaris yang melekat karena jabatan dari AA itu adalah ADC, ADC ini ajudan," kata Denih dalam konferensi pers, Senin (6/1/2025), dikutip Tribunnews.com dari YouTube KOMPASTV.

"Sehingga ketika dia dapat tugas, itu sudah SOP senjata itu melekat,"

"Ini sudah ada SOP-nya itu tadi, ada surat perintahnya, segala macam," lanjutnya.

Baca juga: Oknum TNI AL Ngaku Dikeroyok sebelum Tembak Bos Rental, Pangkoarmada RI: Kill or To Be Killed

Meski begitu, Denih mengatakan bahwa pihaknya akan tetap mengevaluasi penggunaan senjata api oleh anggotanya.

"Kita akan evaluasi. Tapi penggunaan senjata yang melekat itu adalah untuk pengamanan diri dan siapa yang menjadi tanggung jawab pengamanan atasannya itu. Karena kalau misalkan terjadi suatu terhadap atasannya, maka orang yang pertama melekat itulah yang mengamankan. Kita bicara masalah SOP tadi," jelasnya.

"Nah kalau seandainya dihadapkan pada pengeroyokan, berarti kan sebetulnya, kan sama-sama enggak tahu siapa yang akan mati. Kita saja kalau misalkan terdesak dikeroyok pasti akan mencari, akan bela diri. Akan mencari suatu benda yang mungkin bisa untuk membela diri, mengamankan,"

"Nanti kita akan evaluasi bagaimana ke depan untuk penggunaan senjata api ini," sambungnya.

Adapun mengenai adanya dugaan pengeroyokan, Denih menilai bahwa penggunaan senjata api oleh oknum TNI AL tersebut diduga sebagai langkah membela diri.

Sebagai informasi, berdasarkan pemeriksaan sementara, Denih mengatakan bahwa ketiga oknum TNI AL tersebut mengaku dikeroyok di lokasi terjadinya penembakan.

"Mereka mengalami pengeroyokan oleh sekitar 15 orang tak dikenal, di Rest Area KM 45 Tol Merak-Tangerang," sebut Denih.

Insiden penembakan ini berawal dari adanya kecurigaan korban, mobil rentalnya digelapkan oleh seorang penyewa berinisial AS yang kini sudah ditetapkan sebagai tersangka.

AS kemudian menjual mobil hasil penggelapan itu kepada oknum TNI AL.

"Dalam insiden tersebut, diakui bahwa salah satu anggota melakukan tindakan penembakan. Setelah diketahui kemudian, mengakibatkan korban satu orang meninggal dunia dan satu orang luka-luka," terang Denih.

"Tapi sebetulnya karena pengeroyokan juga kan tidak berpikir risiko kalau orang yang akan dikeroyok itu mati," 

"Jadi kembali lagi, apalagi mungkin karena tentara juga sudah dilatih bagaimana faktor kecepatan, insting segala macam, kita sering dengar ada (istilah) 'Kill or To Be Killed' (membunuh atau dibunuh)," imbuhnya.

Baca juga: Peran 3 Anggota TNI AL dalam Penembakan yang Tewaskan Bos Rental Mobil, Masih Satu Keluarga

Mengenai tudingan bahwa oknum TNI AL membekingi aksi komplotan penggelapan mobil, Denih mengatakan bahwa anggotanya murni sebagai pembeli.

"Sementara ini, kita melihatnya ini murni sebagai pembeli karena ingin memiliki sebagai kendaraan untuk pribadi," sebut Denih.

Bahkan, kata Denih, anggotanya sempat membatalkan pembelian mobil tersebut karena pelaku tidak dapat menunjukkan dokumen kendaraan yang hendak dijual itu.

"Awal pembelian itu kan dari online seharga Rp 135 juta, karena si penjual tidak bisa memberikan STNK dan BPKB maka perjanjian sebetulnya sudah mau di-cancel," ungkapnya.

Tetapi karena ada bujuk rayu pelaku, mobil tersebut tetap terjual seharga Rp40 juta.

Kronologi Penembakan Bos Rental Mobil

Peristiwa penembakan yang menewaskan Ilyas Abdurrahman bermula saat korban bersama timnya melacak mobil Honda Brio yang disewa tersangka AS, dan diduga akan digelapkan.

Anak korban, Agam Muhammad Nasrudin, mengungkapkan AS telah mencopot dua dari tiga perangkat GPS yang terpasang di kendaraan tersebut. 

"Jadi kronologinya, si Ajat (tersangka AS) ini sewa Brio tiga hari, dari tanggal 31 Desember-2 Januari. Nah, waktu hari pertama (1 Januari 2025), kami cek GPS-nya, ternyata ada dua GPS yang sudah dipotong di daerah Pandeglang, sehingga sisa satu GPS," ujar Agam saat ditemui, Jumat (3/1/2025).

Setelah mengetahui keberadaan kendaraan melalui GPS terakhir, Ilyas bersama Agam dan tim mengejar mobil tersebut.

Saat berusaha menghentikan kendaraan di pertigaan Saketi, pelaku yang berada di dalam mobil mengeluarkan senjata api dan mengaku sebagai anggota TNI AU.

Diketahui kemudian bahwa oknum TNI tersebut bukan dari AU melainkan AL.

Baca juga: Pangkoarmada Bantah TNI AL yang Tembak Bos Rental Bekingi Penggelapan Mobil: Murni sebagai Pembeli

"Tiba-tiba orang di dalam mobil mengeluarkan senjata api dan bilang, 'Siapa lo, saya dari anggota TNI AU nih, awas enggak lo,' sambil nodong senjata," ucap Agam.

Situasi semakin kacau saat mobil lain, Daihatsu Sigra hitam, menabrakkan kendaraannya ke tim Makmur Jaya.

Kedua mobil pelaku kemudian melarikan diri, sementara Ilyas dan tim melanjutkan pengejaran hingga ke kawasan Anyer.

"Kami inisiatif ke Polsek terdekat untuk minta pendampingan karena tahu dia bawa senpi. Tapi Polsek menolak mendampingi setelah konfirmasi ke Kapolsek," papar Agam.

Pengejaran berlanjut hingga rest area Balaraja, tempat mobil Brio berhenti di depan sebuah minimarket. Ilyas bersama tim mencoba mengadang pelaku, tetapi situasi berubah menjadi bentrokan senjata.

"Terjadi tembakan kurang lebih empat sampai lima kali. Saya kabur mencari perlindungan, tetapi ketika kembali, saya mendapati ayah saya sudah terkena tembakan," jelasnya.

Korban Ilyas mengalami luka tembak di dada dan tangan. Meski sempat dilarikan ke RSUD Balaraja, nyawanya tidak dapat diselamatkan.

(Tribunnews.com/Nina Yuniar) (Kompas.com/Intan Afrida Rafni/Irfan Maullana)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini