TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lebaran merupakan momen spesial bagi umat Islam untuk berkumpul bersama keluarga. Namun, bagi Tohari (50), asisten Manajer Eksternal Humas KAI Daop 1 Jakarta, momen tersebut sudah lama tidak ia rasakan.
Selama 26 tahun terakhir, Tohari tak pernah berlebaran di kampung halamannya bersama keluarga tercinta.
Baca juga: Kronologi Istri dan Bayi 4 Bulan Sengaja Ditinggalkan Suami di Masjid Ciawi Saat Mudik
Tohari menjabat sebagai asisten Manajer Eksternal Humas KAI Daop 1 Jakarta sejak 12 Desember 2022. Namun, kariernya di dunia perkeretaapian telah dimulai jauh lebih awal.
Dia mulai bergabung dengan PT Kereta Api Indonesia (Persero) sejak 1996 di Jember, Jawa Timur.
Baca juga: Hadapi Arus Balik Mudik Lebaran 2025, Korlantas Polri Lakukan Hal Ini
Di dua tahun pertama, Tohari masih bisa menikmati suasana Lebaran bersama keluarga. Namun, semuanya berubah sejak 1999.
"Setelah saya menjadi masinis, sudah mulai ini (nggak mudik)," kata Tohari saat ditemui di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Sabtu (5/4/2025).
Selama menjadi masinis dari 1999 hingga 2008 di Jember, Tohari harus bertugas selama masa Lebaran.
Dia mengaku Shalat Ied sering dilakukan di lokasi yang berbeda-beda, tergantung jadwal tugas. Kadang di Surabaya, kadang pula di Banyuwangi.
Tahun ini pun tak berbeda. Tohari kembali mengurungkan niatnya untuk pulang ke kampung halaman.
Dia menganggap situasi ini sebagai bagian dari tanggung jawab yang sudah menjadi bagian hidupnya.
Tohari yang kini tinggal di Jakarta, memiliki tujuh anak yang tinggal di Jember bersama sang istri.
"Ya, pada saat setelah Shalat Ied, ya, sebelum kita standby posoko di stasiun, baik itu di Senen maupun di stasiun Gambir, kita video call-an dulu lah," ujarnya.
Meski hanya lewat video call, Tohari berharap bisa mengobati kerinduan keluarganya di Jember.
"Yang penting anak-anak, istri di rumah, terus orangtua semuanya sehat," ucapnya dengan nada rendah.
Baca juga: 52.060 Pemudik Kembali ke Jakarta di H+5 Lebaran Gunakan Moda Transportasi Kereta Api
Tohari tak jarang mendapatkan protes dari anak-anak lantaran tidak bisa berlebaran bersama keluarga.
Meski begitu, dia tetap berusaha memberi pengertian bahwa pelayanan kepada masyarakat selama masa Lebaran tak kalah penting.
"Ya, protes pasti ya. Utamanya yang masih kecil-kecil ini biasanya, ya. Anak-anak yang masih kecil-kecil itu. Biasanya protes. Enggak pernah pulang. Tetapi kalau yang sudah gede-gede, ya sudah tahu," tuturnya.
Kini, Tohari pun mendapat kesempatan untuk pulang ke kampung halaman setelah masa Lebaran selesai.