TRIBUNNEWS.COM – Pancasila yang merupakan ideologi bangsa Indonesia saat ini perlu dilestarikan kembali dalam praktik keseharian.
Pasalnya, banyak pihak memandang Pancasila kini telah kehilangan tajinya sebagai sebuah ideologi. Dengan kata lain, ia telah kehilangan ruhnya.
Bahkan, Ketua Badan Sosialisasi sekaligus Ketua Fraksi PDI Perjuangan MPR RI Ahmad Basarah mengatakan, saat ini ada desain yang ingin menghancurkan Pancasila.
Ia menyampaikan hal tersebut saat orasi kebangsaan di acara Studi Kebangsaan Mahasiswa Indonesia yang dilaksanakan DPP Mahasiswa Pancasila (MAPANCAS) di Gedung Nusantara V, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (9/2/2016).
Dalam kesempatan tersebut, ia menegaskan bangsa Indonesia telah merdeka sejak 17 Agustus 1945. Namun, dalam bidang ekonomi Indonesia belum sepenuhnya merdeka dari penjajahan sampai saat ini.
Hal tersebut, sebut Ahmad Basarah, terbukti dari banyak hal. Mulai dari bangun sampai tidur, masyarakat Indonesia banyak memakai produk luar negeri, seperti sabun, pasta gigi, mobil hingga ponsel.
Sebagian besar produk tersebut merupakan buatan luar negeri.
Pada akhirnya, praktik penjajahan di bidang ekonomi yang menimpa Indonesia, lanjut Basarah, mencapai momentumnya tepat saat pemerintahan Soeharto ambruk.
Di samping itu, Basarah juga mengatakan kejatuhan Soeharto berbuntut pada pengkambinghitaman Pancasila.
Buktinya, setelah Soeharto lengser, TAP MPR tentang P4 dicabut dan pelajaran PMP hilang dari kurikulum nasional.
Padahal, menurut Ketua Badan Sosialisasi MPR tersebut, P4 sangat baik karena berisi referensi sila-sila Pancasila.
“Akibatnya, kalau kita mau memahami sila Pancasila tak ada lagi dokumen yang bisa dibaca. Sebab tafsirnya disilakan bebas,” tandas Basarah.
Pada perjalanannya kemudian, Basarah mengatakan kini ada skenario yang dijalankan untuk melanggengkan penjajahan, khususnya di bidang ekonomi.
Karena itu tidak salah bila dikatakan musuh bangsa Indonesia saat ini adalah kapitalisme.
Kapitalisme, sebut Basarah sambil mengutip Soekarno, merupakan aliran yang selalu berusaha mencari keuntungan dengan segala cara. Tak terkecuali di antaranya cara-cara liberal dan kolonialisme.
Dengan demikian, ia menyimpulkan keberadaan organisasi yang menyelenggarakan kegiatan dengan tema kebangsaan merupakan hal positif.
Ia pun mengapresiasi tema ‘Membangun Visi Negarawan Indonesia’ yang digagas Studi Kebangsaan Mahasiswa Indonesia tersebut.
Selain menegaskan soal pelestarian Pancasila, pada kesempatan tersebut Basarah juga mengingatkan kembali keberadaan Maklumat Pemerintah tentang Salam Merdeka yang dikeluarkan 31 Agustus 1945.
Melalui Maklumat tersebut, Soekarno sejak 1 September 1945 mengubah salam perjuangan menjadi salam merdeka.
Menurut Basarah, sampai kini maklumat tersebut belum dicabut sehingga secara yuridis masih berlaku. (advertorial)