Salah satu bukti lunturnya nilai-nilai kebangsaan adalah terjadinya tawuran antar pelajar yang terjadi di manapun.
Lebih lanjut dipaparkannya, saat ini kita berada dalam abad dunia teknologi di mana dengan hanya membawa handphone kita bisa mengetahui isi dunia.
Dulu murid menanyakan semua hal kepada guru, sekarang murid bisa menanyakan semua hal dengan melihat google.
Menurut Oesman Sapta, google bisa memberi rujukan baik bersifat positif maupun negatif.
Hal demikian diakui Oesman Sapta dalam beberapa hal mengkawatirkan.
Dikatakan jika guru selalu memberi rujukan yang positif namun tidak dengan google.
Dikatakan di google akan memberi jawaban semua yang diinginkan.
Dicontohkan di google tidak hanya memberi tahu siapa penemu bom namun bagaimana merakit bom juga bisa diunduh.
Hal inilah yang bisa memicu orang bisa melakukan tindakan yang berbahaya.
Hal demikian tentu lain dengan guru yang tidak akan memberi sesuatu hal yang membahayakan.
"Guru melarang murid menjadi teroris," tegasnya.
Disampaikan Oesman Sapta bahwa kita harus bijak dan arif dalam menyikapi perkembangan teknologi.
"Efek atas teknologi harus disikapi dengan baik," ucapnya.
Tidak hanya soal teknologi yang dikritisi Oesman Sapta, masalah masuknya budaya barat yang belum tentu cocok dengan kita pun diingatkan kepada para siswa.
Oesman Sapta mengutip pendapat seorang duta besar Indonesia bahwa kita harus merubah pemikiran soal budaya.