TRIBUNNEWS.COM - Wakil Ketua MPR, DR. Hidayat Nur Wahid bersama Pangdan IV Diponegoro Mayjen TNI Jaswandi hadir dalam Apel Akbar Kokam (Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda) Pemuda Muhammadiyah di Alun-alun Klaten, Jawa Tengan, Jumat pagi, 27 Mei 2016.
Apel akbar yang diikuti seribu anggota Kokam se Jawa Tengah, Jawa Timur dan Daerah Istimewa Jogjakarta ini bertujuan untuk meneguhkan kambali komitmen Pemuda Muhammadiyah untuk tetap menjaga Pancasila untuk Indonesia berkemajuan.
Hidayat Nur Wahid dalam orasinya menyatakan bahwa apel Kokam hari ini memberikan begitu banyak makna. Bahwa terbukti di sini merupakan titik temu antara lembaga MPR dengan rekan-rekan dari Pemuda Muhammadiyah, Kokam, dengan TNI, Polri, serta pimpinan dan tokoh Islam.
Sesungguhnya, menurut Hidayat, melalui titik-titik temu seperti ini bisa mempermudah kita untuk menjaga keberangsungan dari kedaulatan kemerdekaan Indonesia. Menjaga kelangsung dari umat Islam yang punya peran sejarah untuk Indonesia.
Sesungguhnya kemerdekaan Indonesia, kata Hidayat lebih lanjut, tetap terjaga tidak lepas dari kerjasama antara para ulama, para pemuda Islam, para santri dan Tentara Nasional Indonesia. Hidayat mengulangi lagi ucapan Panglima TNI yang mengatakan, itulah fakta sejarah.
"Indonesia merdeka dan tetap ada karena kebersamaan yang tak lepas dari para pecinta negeri ini dan TNI, serta juga Polri serta umat Islam, berikut para ulama dan pemudanya," ujar Hidayat Nur Wahid, politisi PKS asal Klaten, Jawa Tengah ini.
Makna lain dari apel akbar ini, menurut Hidayat Nur Wahid, hari ini, Jum'at, kita akan menyambut kembali hadirnya bulan Ramadan. Bagi kita bangsa Indonesia, apalagi umat Islam, kata Hidayat, Ramadan bukan bulan biasa.
"Bagi agama kita Ramadan adalah bulan yang sangat luar biasa. Bulan yang merupakan penghulu dari bulan-bulan yang ada," tambah Hidayat, "Bulan yang mengantarkan kita menjadi manusia yang bertaqwa, manusia yang memberi manfaat seluas-luasnya.
Bulan puasa ini pula dipilih oleh para founding fathers dan founding mothers untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Itu terjadi di bulan Ramadan, hari Jum'at, jam 10.00 pagi. "Sekarang Ramadan akan hadir kembali," katanya.
Oleh karena itu, kata Hidayat, adalah wajar bila kita menghadirkan kembali ingatan sejarah kita bahwa Indonesia ini dipikirkan oleh founding fathers dan founding mothers untuk menjadi negara yang diberkahi, dan tidak menjadi bangsa yang lemah.