Paguyuban Sosial Masyarakat Tionghoa Indonesia (PSMTI) mengundang Ketua MPR Zulkifli Hasan untuk menghadiri peringatan HUT Ke-20 dan Munas XVI PSMTI.
Undangan disampaikan secara langsung dalam pertemuan jajaran pengurus PSMTI dengan Ketua MPR di Ruang Kerja Ketua MPR, Gedung Nusantara III Lantai 9, Kompleks Parlemen Jakarta, Rabu (24/20/2018).
PSMTI akan menggelar peringatan HUT ke-20 dan Munas XVI pada 2 – 4 Nopember 2018 di Palembang, Sumatera Selatan.
Peringatan HUT ini akan dihadiri sekitar 1000 orang sedangkan Munas diikuti sekitar 600 peserta. HUT dan Munas kali ini mengambil tema “Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Pemilihan Umum”.
Selain Zulkifli Hasan, Munas XVI PSMTI juga akan dihadiri sejumlah pejabat negara dan Gubernur Sumatera Selatan.
Ketua MPR Zulkifli Hasan menyanggupi akan hadir dalam peringatan HUT PSMTI itu. Zulkifli mengaku selalu hadir apabila diundang dalam kegiatan PSMTI.
“Saya selalu hadir jika diundang dalam kegiatan PSMTI,” katanya.
Pernyataan Zulkifli Hasan ini pun disetujui jajaran pengurus PSMTI yang hadir dalam pertemuan itu.
Dalam pertemuan itu, Zulkifli menceritakan perjalanan bisnisnya yang tidak lepas dari hubungannya dengan masyarakat Tionghoa baik di Indonesia maupun di Tiongkok.
Dalam mengelola bisnisnya, Zulkifli menjalin hubungan dengan pengusaha Tionghoa di Indonesia dan Tiongkok.
Dia beberapa kali mengadakan kerjasama dengan pengusaha Tionghoa. Salah satunya adalah pengusaha David Herman Jaya alias Liem Wan King, seorang pengusaha karoseri New Armada. David Herman Jaya yang juga Ketua Umum PSMTI tidak hadir dalam pertemuan itu.
David Herman Jaya yang juga ketua umum PSMTI tidak hadir dalam pertemuan itu.
“Waktu itu saya butuh banyak mobil untuk angkutan barang-barang. Saya menjalin kerjasama dengan Wan King, David Herman Jaya, pemilik karoseri New Armada,” ujarnya.
Kepada jajaran pengurus PSMTI, Zulkifli juga mengungkapkan bahwa negara maju bukan karena mengandalkan kekayaan sumber daya alamnya.
Sebuah negara bisa maju karena memiliki sumber daya manusia berkualitas. Di kawasan Asia, sumber daya manusia negara seperti Singapura, Tiongkok, Hongkong, Jepang, Korea, Taiwan, Macao, berada di urutan atas.
Sementara Indonesia berada pada ranking 62. Riset terhadap ranking negara-negara itu berdasarkan indikator kemampuan teknologi, matematika dan baca buku. Karena itu, kunci kemajuan negara adalah pada manusia.
“Banyak mahasiswa dari Tiongkok yang sekolah di universitas-universitas di Amerika dan Eropa. Sangat jauh jumlahnya dibandingkan dengan mahasiswa dari Indonesia,” katanya memberi contoh.
Perkembangan negara Tiongkok pun sangat cepat.
“Pada tahun 80-an saya ke sana, sangat jauh dibandingkan sekarang ini. Kemajuan Tiongkok sangat cepat hanya membutuhkan sekitar 20 tahun saja,” ucapnya. (*)