TRIBUNNEWS.COM - Di tengah kegembiraan warga Muhammadiyah memperingati milad Muhammadiyah ke 107, Wakil Ketua MPR RI Dr. H. M. Hidayat Nur Wahid MA, mengingatkan jasa para pimpinan Muhammadiyah, dalam mengawal NKRI. Menurut politisi asal Prambanan, Klaten Jawa Tengah, ini peran pimpinan Muhammadiyah menjaga tetap utuhnya NKRI sangatlah besar.
Mr. Kasman Singodimedjo misalnya, dia adalah pimpinan Muhammadiyah, yang menguasai bidang hukum. Kasman merupakan Ketua Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Salah satu jasa besar Mr. Kasman bagi bangsa Indonesia adalah turut meletakkan dasar-dasar penyusunan konstitusi.
Baca: Kandidat Ketua Umum Partai Golkar Dorong Iklim Bisnis Friendly Saat Menerima Duta Besar Bulgaria
Bersama Ki. Bagus Hadikusumo dan KH. Wahid Hasyim. Mr. Kasman berperan besar menerima keberatan kelompok Indonesia timur atas 7 kata dalam piagam Jakarta, dan mengubahnya menjadi bunyi sila pertama Pancasila seperti sekarang ini.
"Kalau saja, Mr. Kasman, Ki Bagus Hadikusumo dan KH. Wahid Hasyim menolak penghapusan 7 kata dalam piagam Jakarta, apa jadinya Indonesia waktu itu. Mungkin umur proklamasi 17 Agustus tidak akan sepanjang sekarang," kata Hidayat menambahkan.
Selain Mr. Kasman dan Ki. Bagus Hadikusumo, kata Hidayat pimpinan Muhammadiyah yang juga berjasa terhadap NKRI adalah Panglima Besar Soedirman. Dalam kondisi sakit paru-paru yang sangat parah, Soedirman tetap berjuang memimpin perang gerilya. Dengan keberanian tersebut, keberadaan Indonesia masih tetap diakui dunia.
Pernyataan itu disampaikan Hidayat Nur Wahid, saat memberikan Sosialisasi Empat Pilar dihadapan civitas akademika Universitas Muhammadiyah Jakarta. Acara tersebut berlangsung di Auditorium Fakultas Ilmu Pendidikan UMJ, Selasa (19/11). Ikut hadir pada acara tersebut, anggota Fraksi PKS MPR RI Dr. Mardani Ali Sera M. Eng, Wakil rektor 3, Bidang Kemahasiswaan Dr. Misriandi, M.pd, serta Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Dr. Iswan, M.si.
Selain pimpinan Muhammadiyah yang memang menguasai ilmu agama, menurut Hidayat ulama-ulama di luar Muhammadiyah juga sangat banyak yang ikut memberi kontribusi terhadap tegaknya NKRI. Sebut saja KH. Hasyim Asy'ari, ulama NU yang mencetuskan resolusi jihad sehingga muncul perlawanan 10 Oktober. Serta Muhamad Natsir, tokoh Islam yang dikenal dengan Mosi Integral.
Natsir berusaha menyampaikan gagasan menolak RIS kepada Mohammad Hatta. RIS sebelumnya dikukuhkan Belanda melalui Konferensi Meja Bundar di Den Haag pada 1949 dan memecah Indonesia menjadi 16 negara bagian. Usaha Mohamad Natsir akhirnya diterima oleh Soekarno kemudian Indonesia kembali menjadi NKRI.
Baca: Sodik Mudjahid: Generasi Muda Harus Bangga Memiliki Pancasila
Melihat perjalanan sejarah tersebut, menurut Hidayat dikotomi antara Islam dan Indonesia tak perlu dipersoalkan. Karena sejak awal, umat Islam sudah ikut berjuang demi tegaknya bangsa Indonesia.
"Saya tidak habis pikir, masih ada orang yang takut terhadap Islam. Mana mungkin orang yang dulu berjuang dan berkorban demi bangsanya, kini membuat kerusakan. Maka kita harus mempelajari sejarah, untuk bisa melihat persoalan ini secara lebih jelas," kata Hidayat menambahkan. (*)