TRIBUNNEWS.COM - Kedatangan Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid di Kabupaten Ngada, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, 30 Juli 2020, digunakan untuk meninjau perkebunan kopi rakyat yang berada di Wolowio.
Di daerah yang masih masuk Kecamatan Bajawa, di kanan kiri jalan dan di antara perumahan penduduk, tumbuh pohon kopi. Di perkebunan kopi rakyat, dirinya tidak hanya melihat pohon kopi yang tumbuh namun juga ikut memetik buahnya.
Selepas meninjau perkebunan kopi rakyat, Jazilul Fawaid melanjutkan ke Unit Pengelolaan Hasil (UPH) Fa Masa yang berada di Beiwali. Di tempat ini, ada ruang pengelolaan dan proses pembuatan kopi. Dari sinilah Kopi Bajawa diproduksi.
Menurut politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu, Pulau Flores merupakan daerah yang subur. Udaranya yang dingin membuat banyak tanaman bisa tumbuh dengan baik. Di pulau ini ada cengkeh, kelapa, lada, coklat, kopi, kemiri, dan jenis tanaman lainnya. Kesuburan Flores membuat Portugis dan Belanda datang ke pulau ini.
Dalam perkembangan waktu, Jazilul Fawaid menyayangkan hasil pertanian dari Flores yang dikirim ke luar pulau, Surabaya, Jawa Timur, dalam bentuk mentah. “Setengah jadi pun tidak ada,” ungkapnya.
Untuk itu, dirinya mendukung Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (Stiper) Flores berdiri di Bajawa, Ngada. Perguruan tinggi yang berada di bawah naungan yayasan pendidikan Katolik Ngada itu disebut akan mengembangkan, mengelola, dan mempersiapkan sumber daya manusia agar produk pertanian, terutama kopi bisa lebih berstandar.
“Sehingga Kopi Bajawa bisa masuk pasar nasional dan internasional,” ujar pria yang akrab dipanggil Gus Jazil itu.
Dalam mengelola dan mengembangkan sektor pertanian, menurutnya tidak hanya butuh investor namun juga butuh sumber daya manusia.
“Maka dari itu saya mendukung Stiper berdiri di Ngada,” ujarnya. Dengan adanya sekolah pertanian, diharap sektor ini lebih maju dan berkembang sehingga kabupaten ini bisa menjadi contoh bagi kabupaten yang lain. (*)