TRIBUNNEWS.COM - Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid mengungkapkan bahwa para pendakwah atau dai Nahdlatul Ulama (NU) memiliki peran yang besar untuk memajukan bangsa karena sebagai pendakwah yang dihormati tentu sangat dekat dengan rakyat baik kalangan pejabat, elit di kota maupun rakyat di pelosok-pelosok desa.
Keunggulan tersebut harus disadari para dai, sehingga melalui materi-materi dakwahnya bisa memberikan jalan keluar yang menggugah seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama menghadapai tantangan serta keluar dari berbagai masalah bangsa. "Intinya, saya harap para dai harus menjadi bagian dari solusi dan jangan malah menambah keruwetan," katanya.
Hal tersebut disampaikan Pimpinan MPR dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang akrab disapa Gus Jazil ini, dalam acara Sosialisasi Empat Pilar MPR kerjasama MPR dengan Lembaga Dakwah PBNU, di Wisma Tugu, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (17/3/2021). Hadir dalam acara yang memenuhi protokol kesehatan secara ketat itu antara lain, Ketua LD PBNU KH. Agus Salim, Sekretaris LD PBNU KH. Moch. Bukhori Muslim dan para kader dari Lembaga Dakwah Pengurus Cabang NU berbagai daerah seperti Kabupaten Bogor, Tangerang, Bekasi sebagai peserta.
Labih jauh, Gus Jazil mengajak peserta untuk menelaah sebagai pembelajaran bagus, pidato pembukaan Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari ketika Muktamar NU Ke-17 di Madiun Tahun 1947 seputar 'menghidupkan kembali perilaku orang-orang mulia'. Dalam kesempatan itu beliau mengingatkan beberapa hal yang harus dicermati yakni, pertama soal agama. Beliau mempertanyakan masih adakah ruh keagamaan di masjid-masjid dan ponpes-ponpes.
Yang kedua, beliau melihat maksiat terbuka dilakukan dimana-mana. Lalu, beliau mengkritisi Ukhuwah Islamiyah yang hanya disebutkan di mimbar-mimbar, kemudian soal politik umat Islam yang seperti mati suri dan agama dijadikan kendaraan politik. Yang lebih dahsyat lagi, kata beliau umat Islam sedang berkompetisi dengan ajaran-ajaran yang menjauhkan dari ruh tauhid. "Contohnya PKI yang menempatkan kemuliaan dari sisi materi," jelas Gus Jazil. Pesan-pesan itu dikatakan pada tahun 1947, dan ternyata masih sangat relevan di era modern saat ini.
Beberapa masalah bangsa lainnya di masa kekinian yang perlu mendapat perhatian para dai, lanjut Gus Jazil, adalah diantaranya pandemi Covid-19 yang menimbulkan dampak negatif kepada rakyat termasuk para dai. "Umat perlu bimbingan dalam menghadapi dan bertahan dari kungkungan pandemi sesuai syariat agama," tambahnya.
Selain itu, era modernisasi teknologi sekarang ini juga menjadi tantangan tersendiri para dai. Mereka ditantang untuk meningkatkan kualitas diri mengikuti perkembangan zaman. Salah satunya dalam bentuk memahami dan menggunakan media sosial yang sangat digandrungi masyarakat seperti What's App (WA), Facebook, Twitter, Youtube sebagai wadah melakukan dakwah.
"Saya tekankan itu harus digunakan para dai. Media sosial saat ini sangat berpengaruh sekali karena hadir langsung ke tangan pengguna secara pribadi. Saya sendiri, sering di WA pribadi muncul berbagai informasi seputar agama yang sangat bagus-bagus tapi, ada yang tidak jelas referensinya. Itu sangat berbahaya jika informasi itu salah lantas diyakini masyarakat awam. Para dai NU bisa hadir disini dengan referensi-referensi ilmu yang terpercaya," paparnya.
Di sesi akhir, Gus Jazil mengajak para pendakwah bangkit bersama rakyat dan menjadi teladan dalam menghadapi berbagai persoalan di Indonesia. "Jadilah teladan yang baik buat umat dan seluruh rakyat Indonesia, karena keteladanan lebih kuat menyampaikan pesan daripada kata-kata. Seraya tidak lupa memohon pertolongan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa agar Indonesia selamat dan sejahtera di masa depan," tandasnya.