Laporan Wartawan Tribunnews.com Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bertugas di Papua bukan sebuah hal yang mudah, meskipun seorang anggota TNI, tentu saja terkadang rasa rindu selalu menghampiri untuk bertemu saudara yang ditinggal jauh. Begitu juga dengan Kapten Inf Tasman, sekitar 40 hari sebelum kejadiaan nahas menimpa dirinya, ia sempat menelepon saudaranya yang berada di Tangerang.
"Saat itu, beliau menelepon kami pagi sekali. Masih subuh kami sudah ditelepon," kata Donny, sepupu Kapten Tasman saat ditemui di TMP Bahagia Ciledug, Tangerang, Rabu (24/8/2011).
Saat itu yang ditelepon Kapten Tasman adalah ibunya Donny. Saat itu, Tasman tidak banyak bicara apa pun hanya mengatakan kangen saja. "Ini siapa?," tanya ibunya Donny kepada Tasman. "Masa kamu lupa," kata Donny menuturkan perkataan Tasman.
"Ia memang tidak bicara banyak, hanya ia mengungkapkan kalau dia kangen. Hanya kangen saja," katanya seraya mengatakan, Tasman sempat berkunjung ke rumah Donny dua bulan lalu.
Memang Tasman senantiasa selalu mengunjungi kerabatnya bila dirinya akan pergi berdinas, kemana pun ia ditempatkan pasti selalu berkunjung terlebih dahulu. "Kalau ke rumah kami di Tangerang, beliau selalu pamit terlebih dahulu bila akan ditugaskan di luar, termasuk saat beliau akan ditempatkan di Papua," kenang Donny.
Sebelumnya, Kapten inf Tasman bin M Noer tewas dengan kondisi mengenaskan, yakni leher belakang ditebas dengan parang. Jenazah ditemukan Selasa (23/8/2011) pukul 07.00 WIT di Jalan Baru, Campwolker, Perumnas 3, Kelurahan Yabansai, Distrik Heram, Papua. Anggota bimbingan mental Kodam Cendrawasih tersebut dibantai usai mengatar istrinya ke sekolah untuk mengajar.