Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nicolas Timothy
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat sekaligus mantan aktifis Jamaah Islamiah (JI) Nasir Abbas menyebut bahwa pelaku bom bunuh diri di Gereja GBIS Kepunton Solo adalah gerakan baru dari radikalis yang mengumbar jihad dalam arti yang salah.
"Ini merupakan gerakan baru. Pelaku bom bunuh diri ini mungkin bergerak atas inisiatif sendiri," jelas Nasir Abas saat ditemui Tribunnews.com usai jumpa pers di apartemen Park Royal, Jakarta Selatan, Rabu (28/9/2011).
Nasir Abbas menjelaskan, aksi ini merupakan aksi yang dilakukan secara sporadis dari para radikalis. Dengan tidak adanya pemimpin yang jelas, mereka sulit untuk membuat peristiwa besar seperti yang pernah terjadi pada peristiwa bom di Bali, Kuningan dan beberapa tempat lain.
"Mereka akan sulit melakukan aksi besar-besaran karena terkait dana yang terbatas. Beda dengan dulu," imbuh Nasir.
Selain itu, yang lebih membahayakan yakni, peran internet yang semakin berkembang. Diketahui, pelau bom bunuh diri yang dilakukan Yosefa hayat sebelum melakukan bom, sempat menyambangi rental internet. Diduga ia membuka situs yang menyajikan bacaan berbau radikal.
"Ini yang berbahaya, si pelaku tidak lagi mendapat pencerahan dari pemimpin, namun ia meneguhkan niat nelalui internet," ucap Nasir Abas.