TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pimpinan Jemaat Anshorut Tauhid (JAT) tak mengakui Ahmad Yosepa Hayat, pelaku bom diri di gereja GBIS Kepunton Solo adalah anggotanya. Sebab, JAT tidak pernah mengajarkan teror bom kepada anggotanya.
"Itu menurut agama itu tidak boleh. Dalam agama itu, meski itunya (tempat ibadah) orang kafir, itu tidak boleh diganggu. Kecuali ada bukti mereka mau menyerang Islam. Persoalannya di situ," ujar Baasyir saat hendak berobat gigi di kompleks Mabes Polri, Jakarta, Senin (3/10/2011).
Menurut Baasyir, aksi teror seperti bom Solo adalah aksi individu yang tidak bisa dikaitkan dengan JAT. "Itu salah, yang membuat bom pun salah. Justru enggak boleh yang seperti itu. Enggak boleh itu bom sembarangan. Itu ibadah (jihad) yang ngawur. Itu hanya sekedar emosi saja, tidak berdasarkan syariat," ucapnya.
Sebagaimana diberitakan, aksi bom bunuh diri Hayat di gereja GBIS Solo, Jawa Tengah, pada 25 September 2011, menewaskan pelaku dan menyebabkan belasan jemaat gereja luka-luka.
Mabes Polri melalui Kadiv Humas Polri Irjen (Pol) Anton Bachrul Alam, menyatakan Hayat adalah menjadi anggota JAT Cirebon sejak 2010. Namun, Baasyir menepis tudingan itu.
Baasyir mengakui ada cabang JAT di Cirebon. Namun, Hayat diduga mendapatkan doktrin kekerasan dari sekelompok pengajian lokal yang beraliran keras di Cirebon dan bukan dari JAT.