Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tim psikolog dalam kasus Sukhoi menilai keluarga korban masih dalam batas wajar secara emosional. Hal itu diketahui tim setelah melakukan pengamatan dan interview kepada keluarga korban Sukhoi Superjet 100.
"Mereka terkejut, ada pihak-pihak yang lebih emosional, tetapi sejauh ini masih dalam batas yang wajar," kata Ketua Himpsi (Himpunan Psikolog Seluruh Indonesia) DKI Jakarta, Johanes Rumeser di RS Sukanto Polri, Jakarta, Senin (22/5/2012).
Johanes mengatakan fase pertama pendampingan keluarga telah selesai. Namun, mereka bisa berhubungan dengan psikolog setelah proses penyerahan jenazah. Ia pun mengatakan pihaknya melakukan diskusi kepada keluarga sebelum melihat jenazah pada peti mati.
"Supaya tidak terjadi semacam kejutan-kejutan. Keluarga berhak melihat, tapi kita memberi gambaran. Kita beri penjelasan secara umum, kita beri alternatif," ujarnya.
Kemudian, psikolog akan menyerahkan keputusan kepada keluarga siapa yang akan melihat jenazah.
Kondisi keluarga, kata Johanes, juga dinilai normal dan tidak ada yang berlaku berlebihan. Menurutnya, pengalaman sedih akan terjadi selama tiga sampai enam bulan.
"Kita harapkan sudah kembali ke kehidupan normal," imbuhnya.
Ia mengatakan pihaknya mengerahkan 15 psikolog untuk menangani insiden Sukhoi. Ia juga menganjurkan agar anak kecil dibawah kelas enam SD atau 10 tahun tidak direkomendasikan melihat jenazah korban.