TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Firman Subagyo mensinyalir hilangnya tahu dan tempe di pasaran tidak lepas dari permainan spekulan dan pelaku kartel.
"Dalam teori ekonomi supply (stok) dan demand (permintaan) ini yang selalu dimanfatkan oleh para kartel pada saat-saat even-even tertentu seperti Ramadan, Lebaran Natal, dan Tahun Baru," kata Firman ketika dikonfirmasi Tribunnews.com, Selasa (24/7/2012).
Firman mengatakan ketika kebutuhan meningkat dan bahan baku tidak tersedia maka akan terjadi gejolak lonjakan harga yang nyaris tidak terkendali.
"Oleh karena itu pemerintah harus menangani secara serius terhadap persoalan pangan dan termasuk tahu dan tempe," kata dia.
Seperti kita ketahui, lanjut Firman, tahu dan tempe merupakan kebutuhan pokok sehari hari masyarakat.
"Namun jika tahu tempe bahan bakunya kedelai dikendalikan pelaku dagang dengan sistem kartel ini akan sangat berbahaya," katanya.
Politisi Golkar ini menilai Pemerintah harus sudah merubah kebijakannya mengingat kebutuhan 9 bahan pokok pad saat menjelang Ramadan, Lebaran dan hari-hari besar keagamannya lainya adalah merupakan kebutuan rutin tahunan.
"Namun pemerintah cenderung melepas semuanya ini ke pasar bebas yang akhirnya sangat merugikan masyarakat," katanya.
Diberitakan sebelumnya, hari Rabu hingga Jumat tahu dan tempe dipastikan bakal menghilang dari Jakarta, bahkan di seluruh penjuru Tanah Air.
Seperti ditulis Kompas, ribuan produsen tempe dan tahu mogok kerja. Mereka menuntut pemerintah mengambil alih tata niaga kedelai agar dapat membantu para produsen perajin tempe dan tahu mendapatkan harga kedelai yang lebih murah.
Sejak Mei lalu, harga kedelai sudah mencapai Rp 8.200 per kilogram dari harga sebelumnya Rp 5.500 per kilogram.