Laporan Wartawan Tribunnews.com, Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhammad Nuh menuturkan dua kasus tewasnya Alawy Yusianto Putra (15), siswa kelas X-8 SMA 6 Jakarta, dan Deni Januar (17), siswa kelas XII SMA Yayasan Karya 66 (Yake) Kampung Melayu, Jakarta Timur, sama-sama tawuran namun ternyata berbeda.
"Agak beda sedikit. Kalau SMA 6 dan SMA 70 setelah membunuh melarikan diri dan belum ketangkap, jadi punya jejaring. Sedangkan anak yang membunuh SMA Karya 66 tadi anaknya lugu tapi punya beban sosial yang luar biasa," kata M Nuh usai menemui tersangka di Polres Jakarta Selatan, Rabu (26/9/2012) malam.
Nuh mengakui bahwa beragamnya latar belakang persoalan setiap anak tidak dapat sepenuhnya dibebankan pihak sekolah. Guru dan sekolah sudah sangat terbebani dengan masalah mental hingga sosial.
"Tolong masyarakat, kita bantu sekolah. Saya juga pernah jadi guru, kalau mendidik anak seperti itu terus terang berat," kata Nuh.
Nuh menuturkan, dalam waktu dekat ini pihaknya akan mencari tahu solusi untuk anak-anak yang memiliki beban sosial seperti AD.
"Semua opsi untuk menyelesaikan persoalan ini harus dibuka. Termasuk sanksi hukum. Kalau ada anak yang melakukan tindakan kriminalitas harus ditindak tegas. Tetapi kadang-kadang kita kan begini, karena anak-anak harus dilindungi. Kalau hukuman sederhana-sederhana akan merembet ke yang lain. Dihukum tegas tetapi hak anak tetap dilindungi," jelas Mendikbud.
Baca Juga: