TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Asisten Daerah I Kabupaten Buol, Rihan Togila yang juga ketua Tim Lahan mengakui mendapat tekanan terus menerus dari anak buah Siti Hartati Murdaya, yakni Manager Financial Controller Arim dan Manager Supporting PT Hardaya Inti Plantation Yani Anshori.
Dalam kesaksiannya untuk terdakwa suap Bupati Buol, Amran Abdullahh Batalipu, di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta Pusat, Senin (12/11/012), Amir menerangkan tekanan keduanya terkait belum keluarnya surat izin dan rekomendasi hak guna usaha PT Hardaya Inti Plantation.
"Memang Pak Anshori mendatangi saya dengan membawa draft dan beberapa surat untuk ditandatangani bupati. Soal tersebut, Pak Bupati mengatakan bahwa tim yang lain harus juga menandatangani dengan memakai stempel," ujar Amir menjawab pertanyaan hakim anggota Marsudin Nainggolan.
Setelah mendapat arahan dari Amran, Amir kemudian menyerahkan rekomendasi ke anggota tim lain yang terdiri dari Badan Pertanahan Haryono, Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Buol, Kepala Bappeda dan Dinas Perkebunan.
Ia mengaku tak tahu persis kenapa dua pegawai PT HIP mendesaknya.
Amir tak menampik telah menerima uang sekitar Rp 100 juta sebagai uang transportasi yang diberikan PT HIP, milik Hartati. Ia berdalih setelah kasus ini di kemudian hari mencuat dalam pemeriksaan Komisi Pemberantasan Korupsi, Amir mengembalikan uang tersebut.
Jaksa penuntut umum dalam dakwaannya, menyebut Amran diduga kuat menerima uang Rp 3 miliar sebagai kompensasi menerbitkan surat hak guna usaha PT Hardaya Inti Plantation dan PT Cipta Cakra Murdaya milik Siti Hartati Murdaya.