TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Partai Golkar diminta secara legowo untuk tidak mencalonkan kembali Alex Noerdin sebagai Gubernur Sumatera Selatan dalam ajang Pilgub Sumsel tahun 2013 mendatang. Fakta bahwa banyaknya penolakan dari masyarakat di bumi Sriwijaya menjadi salah satu alasannya.
“DPP Partai Golkar harus mampu mendeteksi keinginan perubahan di Sumsel. Kegagalan mendeteksi fenomena ini akan menyebabkan Golkar kembali terpuruk, sebagaimana terjadi di Pilgub DKI Jakarta dan Kalimantan Barat,” kata Pengamat Politik Irsyad Muchtar di Jakarta, Selasa (11/12/2012).
Diantara kenyataan yang harus menjadi pertimbangan DPP Partai Golkar adalah kekalahan putra Alex Noerdin, Dodi Reza, di pilkada bupati Musi Banyuasin (Muba) beberapa waktu lalu, atau di daerah dimana Alex Noerdin pernah juga menjadi bupati.
“Artinya, makin besar ‘perlawanan’ dari masyarakat terhadap figur yang terkait dengan Alex. Jika Golkar memaksakan Alex maju, maka masyarakat akan senang mendorong Alex kalah untuk ketiga kalinya setelah di Muba, DKI Jakarta. Kondisi ini jelas akan menguntungkan bagi kandidat partai lain,” kata Irsyad.
Menurut Irsyad, saat ini secara psikologis, masyarakat Sumsel sudah menghendaki wajah baru, bukan wajah lama yang dianggap telah gagal dalam melakukan perubahan di Sumsel. Fakta lainnya, masih ada perasaan “tidak senang” dengan sikap Alex Noerdin yang meninggalkan begitu saja daerahnya untuk mengikuti pilgub DKI Jakarta.
Terkait dengan popularitas, Irsyad membuktikan hasil sejumlah survei yang menunjukkan figur yang populer belum tentu memiliki tingkat keterpilihan (elektabilitas) yang tinggi pula.
“Sekarang masyarakat pemilih lebih rasional, mereka melihat track record-nya atau apa yang sudah dibuat selama ini, bukan pencitraan kosong menjelang pilkada,” ujarnya.