Laporan Wartawan Tribunnews.com, Edwin Firdaus
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Juru Bicara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Johan Budi menyambut baik rencana mantan Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum yang akan membeberkan soal skandal Century. KPK akan membuka diri untuk memperoleh data-data skandal bank Century.
"Ya silahkan saja. Semua data yang dia ketahui selain proyek ini (Hambalang). Silahkan untuk disampaikan ke KPK," ujar Johan Budi kepada Tribunnews.com di Jakarta, Senin (25/2/2013).
Menurutnya, data-data tersebut akan divalidasi penyelidik KPK bila Anas memberinya.
Sebelumnya diberitakan, Yuddy Crisnandi dan Wakil Ketua DPR RI Priyo Budi Santoso sempat menemui Anas di kediaman pribadi, Jalan Teluk Langsa, Pondok Bambu, Duren Sawit, Jakarta Timur, Minggu malam (24/2/2013). Dalam pertemuan enam mata ini, Anas blak-blakan menceritakan lembar kedua hidupnya saat ini, termasuk soal Century.
"Sekarang bolanya ada di Mas Priyo. Dia membidangi masalah Timwas Century. Anas akan menjadi pioneer yang akan membongkar Bank Century senilai Rp 6.7 triliun," papar Yuddy.
Ketika dicecar lebih jauh, lembaran apa tepatnya yang akan dibongkar Anas, Yuddy berdalih kebanyakan hanya konsumsi teman-teman, bukan untuk publik. Yuddy memberi clue obrolannya kurang lebih soal lembaran kedua.
Semalam, sejumlah politisi DPR yang ikut bertandang adalah politisi Hanura, yang juga Wakil Ketua Komisi VI Erik Satrya Wardhana. Ada juga Viva Yoga Muladi, politisi PAN. Keduanya satu korps di HMI.
Kehadiran tamu Anas semalam ada juga Misbakhun, politisi PKS (Partai Keadilan Sejahtera), yang juga inisiator hak angket Century. Misbakhun tiba di belakang Yuddy dan Priyo. Ia datang terburu-buru dan langsung masuk gerbang rumah Anas.
Yuddy merasa kasus hukum yang menimpa Anas didahului oleh proses politik internal Demokrat yang tak menyukainya. Bukan tanpa alasan jika Yuddy menilai Anas tertimpa musibah politik.
"Anas dipolitisasi dulu baru dihukum belakangan. Dia sudah digoyang leat Rapimnas, dan event-event partai. Saya berbicara soal sebagai teman. Dia aktifis yang tangguh, dan tetap membina komunikasi politik dengan konstituennya," katanya lagi.
Sejumlah serangkaian aksi politisasi terhadap Anas, dinilai Yuddy, tak berhasil dilakukan oleh hegemoni elit Demokrat. Baru dalam dalam kasus hukum ini Anas disingkirkan dari jabatan sebagai Ketua Umum Demokrat.
Anas sendiri melepas baju biru kebesaran Demokrat dengan memakai diksi berhenti, bukan mundur. Yuddy mengartikan, kalau Anas memakai kata berhenti, dia tidak usah mengajukan pengunduran diri, yang prosesnya harus lewat Kongres Luar Biasa.