TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - KABAR buruk mengenai Teten Masduki sempat mennyentak. Calon Wakil Gubernur Jawa Barat, yang bertarung pada Pilgub 24 Februari lalu, dikabarkan bangkrut. Mobil Kijang miliknya tergadai, dan ke mana-mana bepergian menumpang taksi.
Namun ternyata tidak benar. Setidaknya dua mobil masih terparkir di rumahnya. Dan Teten mengaku hanya menghabiskan uang sekitar Rp 100 juta modal kampanye, dan itu pun hasil beternak.
"Kasihan saya melihat Teten. Mobilnya tergadai. Sekarang dia, ke mana-mana naik taksi. Tadi siang, waktu sidang pertama gugatan di MK, dia menumpang taksi. Kelihatannya pusing dia," ujar seorang politisi yang dekat Teten saat berbincang dengan TRIBUNNews.com, Senin lalu.
Berbekal informasi itulah, tim TRIBUNnews.com bergerak menelusuri tentang keberadaan Teten dan keluarga. Target pertama adalah mengamati keluar di rumahnya yang akhirnya ditemukan di Jalan Taman Angsana, Pekan Sari, Cibinong, Jawa Barat.
Rumah ini tidak dipasang tombol bel. Padahal rumah itu termasuk besar. Siapa pun tamu memberi salam dari depan rumah dengan harapan sang penghuni keluar, belum tentu terdengar.
Saat TRIBUNnews.com menyambangi rumah Teten tanpa membuat janji dengan sang pemilik rumah, tak seorang pun dari dalam rumah keluar setelah disampa berkali-kali dengan salam, Assalamualaikun.
Padahal pekarangan rumah terparkir dua mobil. Mobil Isuzu Grand Touring, warna hitam bernomor Polisi B 8920 ZD, terparkir di garasi. Satu lagi, Daihatsu Xenia berwarna perak dengan nomor Polisi B 1596 TKW, parkir di depan rumah. Tirai rumah itu terbuka, sehingga terlihat dengan jelas bagian dalam rumah. Walaupun ada tanda-tanda orang di rumah, tidak seorang pun yang keluar rumah.
Teten dan anggota keluarga tidak bersedia ditemui di kediaman. Dua kali TRIBUN ditolak, lalu Tetan meminta TRIBUNnews.com menemuinya di kantor Indonesia Coruption Watch (ICW), kawasan Kalibata, Jakarta Selatan, Jumat (22/3/2013).
Dalam perbincangan itu, Teten mengatakan dia memang menghindari menerima tamu di kediamannya. Selain keluarga, ia akan berusaha menemui tamu-tamunya di luar rumah.
Kata Teten, hal itu untuk menghindari fitnah. "Orang-orang seperti saya, aktivis antikorupsi itu sangat rentan difitnah. Orang-orang bisa datang ke rumah saya menawarkan suap," katanya.