TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Oknum pelaku penyerangan sebanyak 11 anggota Grup 2 Kopassus Kandang Menjangan, Kartasura terhadap empat preman yang ditahan di Lapas Klas II B Cebongan, Sleman, Yogyakarta pada 23 Maret 2013 adalah prajurit pemula.
"Untuk pelaku yang sembilan orang hanya Bintara dan Tamtama tama. Jadi tidak ada yang lain," ujar Ketua Tim TNI AD, Brigjen TNI Unggul K Yudhoyono dalam konferensi pers di Kartika Media Center, Dispenad, Jakarta Pusat, Kamis (4/4/2013).
Menurut Unggul, kronologi bermula ketika mereka mendengar pembunuhan sadis empat preman terhadap Serka Heru Santoso di Hugos Cafe pada 19 Maret 2013. Sehari setelahnya Sertu Sriyono bekas anggota Kopassus ikut dibacok.
Saat itu, sejumlah anggota Grup IIĀ Kopassus sedang berlatih di Gunung Lawu. Pascakejadian itu mereka mencari tahu pelaku pembunuhan, termasuk mencari informasi tak resmi di jalanan, sampai mendapatkan keempatnya ditahan di Lapas Cebongan.
Belakangan diketahui, eksekutor empat preman di Lapas Cebongan, Sleman, adalah anggota Grup II Kopassus Kartosuro berinisial U. Penyerangan bersama rekannya ini reaksi atas pembunugan Serka Heru, yang tak lain bekas atasan U.
"Penyerangan berakibat pada pembunuhan ini bermotif pada tindakan reaktif karena besarnya jiwa korsa dan dan membela rasa kehormatan satuan," tambah Unggul meski begitu dalih pelaku berlindung dalam jiwa korsa tidak dibenarkan.
Unggul yang juga Wadanpuspomad menjelaskan, ada tiga pucuk senjata AK 47 yang digunakan pelaku penyerangan, sisanya dua AK 47 hanya replika, dan satu pucuk pistol sig sauer juga replika. Senjata ini semacam airsoftgun.
Pelaku penyerangan membawa mobil Avanza biru dan Suzuki APV hitam. Di dalam dua mobil itu ada sembilan pelaku. Setelah tiba di Cebongan, sebuah mobil Feroza dan dua orang turun dari mobil. Kemudian keduanya mencoba menghalangi sembilan pelaku tapi tak kuasa.