News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kelompok Bersenjata Serang Lapas

Panglima: Pergantian Biasa Pangdam Diponegoro

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mayjen TNI Hardiono Saroso

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono angkat suara mengenai mutasi Panglima Kodam IV/Diponegoro dari Mayor Jenderal TNI Hardiono Saroso kepada Mayjen TNI Sunindyo.

Menurut Agus, mutasi Pangdam Diponegoro bukanlah hal yang luar biasa. Tetapi itu merupakan hal yang biasa terjadi pergantian pejabat.

"Biasalah ini (pergantian). Karena tidak Hardiono saja. Ada juga pejabat lain yang ikut dalam surat keputusan yang saya buat. Namanya mutasi, mutasi biasa," ungkap Panglima kepada wartawan di sela Acara Pembukaan Musyawarah Nasional IX Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), di JS Luwansa Hotel and Convention Center, Jakarta, Senin (8/4/2013). 

Dan lanjutnya, jika pun ada yang mengaitkan mutasi Mayor Jenderal TNI Hardiono Saroso dengan kasus penyerangan Lapas Cebongan, Sleman, DIY, itu sah-sah saja. "Kalau dikaitkan dengan hal itu yah sah-sah saja," jelasnya.

Namun, dia tegaskan, mutasi itu sendiri bukan hanya terjadi pada Mayor Jenderal TNI Hardiono Saroso saja. Melainkan ada pejabat lainnya. "SK yang kita buat, selain beliau juga ada yang lainnya," tegasnya.

Apakah ada kaitannya dengan "bobolnya" Mayor Jenderal TNI Hardiono Saroso untuk mengantisipasi kasus Lapas Cebongan maka dirinya dipindah? "Kalau saudara menilai itu, silakan. Sah-sah saja," ucapnya.

Lebih lanjut terkait pernyataan Mayor Jenderal TNI Hardiono Saroso yang keras membantah keterlibatan TNI, Panglima katakan itu sudah dievaluasi. Karena terlalu dini memberikan bantahan sebelum didukung fakta.

"Evaluasi sudah dilakukan. Itu kan hanya kesalahan ucap yang belum didukung oleh fakta. Itu bisa terjadi pada setiap manusia," katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini