Laporan Wartawan Tribunnews.com, Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Suhardi Alius memastikan empat warga yang tewas dalam unjuk rasa pemekaran Musi Rawas, terkena peluru. Polisi akan menelusuri asal proyektil yang membuat empat warga tewas.
"Empat orang yang tewas karena terkena senjata api, nanti kita lihat proyektilnya," ucap Suhardi di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Selasa (30/4/2013).
Akibat unjuk rasa anarkis tersebut enam orang anggota polisi terluka, empat warga meninggal dunia, dan tujuh warga terluka.
Bentrokan polisi dan warga terjadi setelah R, Koordinator lapangan meminta pengunjuk rasa menyiapkan diri dengan senjata api berjenis kecepek dan golok. Permintaan R itu menyusul upaya pembubaran paksa petugas kepolisian.
Pada pukul 21.30 WIB, Kapolres berusaha menenangkan massa supaya tidak anarkis. Namun, upaya itu gagal. Massa melempari petugas sehingga terjadi benturan antara pengunjuk rasa dan kepolisian.
"Terdengar beberapa letusan yang diduga berasal dari senjata api rakitan kecepek dan lain-lainnya," ujarnya.
Ia menjelaskan, Kapolres Musirawas sudah melakukan antisipasi pengamanan dengan menyiapkan 200 personel Dalmas yang dikumpulkan dari Polsek-Polsek. "Pada saat kejadian pertama 200 personil dar Polres dan Polsek sudah diterjunkan," ucapnya.
Namun, pengunjuk rasa lebih anarkis dengan melakukan pembakaran terhadap Mapolsek Muara Rupit dan sarana lainnya seperti kendaraan roda empat empat buah, kendaraan roda dua satu buah, dan pintu-pintu asrama polisi.
Saat ini sudah ada lima satuan setingkat kompi Brimob yang berasal dari Polda Sumatera Selatan dan Polda Jambi, serta satu satuan setingkat kompi TNI. "Di Muara Supit masih ada 100 orang yang melakukan penutupan dan pemblokiran, diperkirakan pengunjuk rasa makin bertambah karena panggilan yang lain," ujarnya.