Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi X Dedy Gumilar mengaku senang sekaligus sedih melihat hasil Ujian Nasional (UN) tingkat SMU.
"Kalau melihat angkanya, menggembirakan, tapi kalau melihat substansinya menyedihkan," kata pria yang akrab dipanggil Miing ketika dikonfirmasi, Jumat (24/5/2013).
Miing mempertanyakan kepercayaan masyarakat dimana hasil kelulusan mencapai 99 persen se-Indonesia. Ia juga menanyakan apakah kelulusan SMU di Jakarta sama dengan Papua.
"Nilai 8 dan 9 mereka di Jakarta, apa sama dengan nilai 8 atau 9 anak SMA di Papua. Apakah secara kualitatif sama. Ini yang jadi persoalan," katanya.
Politisi PDIP itu mengatakan tujuan pendidikan tidak hanya meluluskan anak didik. Namun, juga membangun watak dan karakter. "Dalam watak anak, selain cerdas, ada kejujuran," imbuhnya.
Miing juga menyebutkan bila pemerintah hanya mencita-citakan angka dalam pendidikan maka hal itu sudah tercapai. "Pak Nuh (Mendikbud) tak bisa bicara lagi adanya kegagalan UN tidak mengurangi semangat anak-anak belajar sehingga lulus, ada guru yang meluluskan," imbuh Miing.
Ia pun tidak percaya kelulusan murni mencapai 99 persen dalam konteks kualitatif. Ketidakpercayaan Miing karena sejak awal tidak jujur dalam pelaksanaan UN.
"Pemerintah tengah mempersiapkan anak-anak yang tidak jujur ke depan. Dunia Pendidikan menentukan masa depan bangsa. Kalau ke depan banyak koruptor, jangan salahkan anak-anak itu karena pemerintah menyiapkan anak-anak yang tidak jujur," ungkapnya.
Miing menilai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M.Nuh bertanggungjawab atas pelaksanaan UN. "Anak jadi korban dan guru jadi kambing hitam. Menteri hanya mencari pembenaran demi pembenaran. Silahkan M Nuh tanggung jawab kepada Allah," katanya.