TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Respon Sekretaris Kabinet (Seskab) Dipo Alam dalam menjawab protes terhadap penghargaan Presiden SBY hanya menunjukkan kepanikan dan kepicikan atas reaksi masyarakat terhadap award untuk SBY tersebut dengan membawa-bawa sentimen SARA.
"Jika komentar itu betul, dia memang tidak pantas jadi menteri," kata Ketua SETARA Institute, Hendardi ketika dikonfirmasi, Sabtu (25/5/2013).
Menurut Hendardi, yang menyoal award untuk SBY itu sendiri tidak pernah memasalahkan siapa pemberi award itu yang dipimpin seorang Yahudi, jadi tidak usah melebarkan masalah ke soal SARA.
"Situasi tersebut juga akan membuat penghargaan terhadap SBY tersebut menjadi olok-olok publik," kata Hendardi.
Sebelumnya, Dipo Alam dikritik sejumlah kalangan karena menyusul komentarnya di twitter @dipoalam49, 21 Mei 2013 lalu yang menyinggung SARA. Bahkan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) akan memanggil Dipo Alam menjelaskan soal itu.
Dipo Alam mengkritik surat terbuka Franz Magnis Suseno kepada Appeal of Conscience Foundation (ACF) yang akan memberikan penghargaan World Stateman Award kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Dipo antara lain menulis. "Umaro, ulama dan umat Islam di Indonesia secara umum sudah baik, mari lihat kedepan, tidak baik pimpinannya dicerca oleh yang non-muslim FMS". (aco)