TRIBUNNEWS.COM JAKARTA-- Putra pimpinan DII/TII Kartosuwiryo, Sarjono Kartosuwiryo menilai Ketua MPR, Taufiq Kiemas lebih tepat disebut Negarawan daripada politikus.
Karena menurut anggota Forum Silaturahmi Anak Bangsa (FSAB) ini, almarhum Taufiq Kiemas merupakan seorang yang berjiwa bineka tunggal ika.
Untuk diketahui, FSAB lahir pada 25 Mei 2003 yang berisi para putra putri dan generasi penerus dari tokoh-tokoh politik yang terlibat konflik dalam perjalanan sejarah Republik ini, bukan sebatas peristiwa G30S saja, namun sejak 1945, lintas jaman, lintas aliran dan ideologi.
Anggota FSAB merupakan para korban tragedi sejarah bangsa baik dalam peristiwa PRRI Permesta, DI/TII, G30S PKI dan lainnya.
"Dia merangkul orang-orang yang berbeda ideologi seperti saya dari kanan, dan Ilham Aidit dari kiri," ungkap Sarjono kepada Tribunnews.com, Minggu (9/6/2013).
Terhadap sosok Taufiq Kiemas, ada banyak kenangan yang sungguh tak akan terlupakan baginya. Kepergian Taufiq Kiemas untuk selama-lamanya, membuat dirinya terasa kehilangan yang sangat besar.
"Di mata saya pribadi TK adalah bapak yang hilang. Dialah yang membayarkan tiket saya dan istri saya untuk berhaji," kenangnya.
"Selamat jalan bapaku. Selamat jalan pejuangku. Usiamu singkat, namun jasamu abadi," cetusnya.
Kenangan terakhir FSAB bersama Taufiq Kiemas yang menjadi penasehat--adalah pada acara “Silaturahmi Kebangsaan” yang diselenggarakan oleh Forum Silaturahmi Anak Bangsa (FSAB) di Gedung Nusantara V, komplek parlemen, Senayan, Jakarta, Sabtu (25/5/2013) lalu.
Acara Silaturahmi Kebangsaan itu bertepatan dengan momentum peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-10 Forum Silaturahmi Anak Bangsa. Selain dihadiri Ketua MPR Taufiq Kiemas, acara ini juga dihadiri oleh para Wakil Ketua MPR, Lukman Hakim Saifuddin, Hajriyanto Y Thohari, Melani Suharli, dan Ahmad Farhan Hamid.
Hadir pula Amelia Yani (Puteri Pahlawan Revolusi Ahmad Yani), Katerin Pandjaitan (puteri Pahlawan Revoluasi DI Pandjaitan), Jenderal TNI (Purn) Wiranto, Tokoh Aktifis Angkatan 1966, Harry Tjan Silalahi, Harry Tanoe Soedibyo, Sardjono Kartosuwiryo, Tato Prajamanggala, Letjen TNI (Purn) Agus Widjoyo, Batara Hutagalung, dan Ferry Humardani. Selain itu hadir Ilham Aidit, Poppy Murad Aidit, Ilyas Sarusa, Laksamana (Purn) Mulyomuryono, dan para putra-putri korban konflik dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia.
Saat itu, Taufiq Kiemas mengatakan perlu ketekunan yang luar biasa dalam membangun rekonsiliasi nasional. Taufiq berharap kerukunan bangsa yang tercipta saat ini perlu terus dijaga dalam upaya mewujudkan rekonsiliasi nasional.
Taufiq Kiemas berharap pemerintah saat ini dan masa mendatang bisa belajar dari Forum Silaturahmi Anak Bangsa (FSAB) bagaimana membangun rekonsiliasi nasional untuk Indonesia yang lebih baik dan damai.
“Saya bersyukur telah dipertontonkan rekonsiliasi yang sangat luar biasa oleh FSAB ini. Ini memberikan inspirasi pemerintah saat ini dan masa mendatang, bagaimana rekonsiliasi dilakukan dengan cara Indonesia,” katanya.
Politisi senior PDIP Perjuangan ini, menyatakan, FSAB telah terbukti memberikan keteladanan bagi kita bagaimana seluruh anak bangsa bersatu membangun bangsa. “Inilah pelajaran pertama yang diberikan FSAB kepada pemerintah saat ini,” katanya.
“Kita berekonsiliasi dengan cara kita, cara Indonesia bukan dengan cara bangsa lain.” (Andri Malau)