TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Forum Komunikasi Alumni Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (Forkoma-PMKRI) membuka Posko untuk korban letusan gunung api Rokatenda yang terletak di Pulau Palue, Kabupaten Sika, Nusa Tenggara Timur, yang meletus kembali, Sabtu pekan lalu.
Untuk diketahui, ini letusan kesekian kalinya terjadi dan menelan korban, sejak pertama kali meletus tahun 1928. Terakhir, Sabtu dinihari, 10 Agustus 2013, Rokatenda kembali menyemburkan lahar panas dan menelan korban jiwa 6 orang plus 4 hilang.
Tiga desa terparah yang terkena semburan lahar panas, yaitu Rokirole - Nitungle dan Tuangeo. Saat ini ribuan pengungsi terus dievakuasi ke dataran Flores, tepatnya di Kota Maumere dan Kota Ende. Diperkirakan sebahagian besar dari 10.000 penduduk Pulau Palue akan terus dievakuasi.
"Menghadapi situasi ini, Forkoma - PMKRI dalam rapat terbatasnya, Senin 12 Agustus telah memutuskan membentuk posko Solidaritas Nasional untuk Rokatenda yang dipimpin oleh Ketua Forkoma PMKRI DKI Jaya, Martinus Gabriel Goa. Posko ini menerima segala bentuk bantuan dan sumbangan, yang selanjutnya akan disalurkan langsung kepada para korban melalui Badan Pekerja Forkoma PMKRI Kabupaten Sika dan Kabupaten Ende, NTT," ungkap Hermawi Taslim, Ketua Umum BPN Forkoma PMKRI dan Heri Soba (Sekjen) kepada Tribunnews.com, Selasa (13/8/2013).
Lanjut dia, segala bentuk bantuan yang diterima akan dipertanggungjawabkan melalui audit independen.
Dalam semangat solidaritas, Forkoma PMKRI menunggu bantuan dan sumbangan. Sumbangan dapat diantarkan langsung ke Posko Solidaritas untuk Rokatenda di Gedung perkantoran Selmis, Jalan Asam Baris Raya No. 52, Blok II, No. 10 Lantai 2, KebunBaru - Tebet, Jakarta Selatan - 12830.
Untuk informasi lebih detail, silakan menghubungi Ketua Forkoma PMKRI DKI Jaya, Martinus Gabriel Goa melalui nomor kontak 081 360285 235, atau surat elektronik padmaindo@yahoo.com dan sumbangan uang dapat disalurkan melalui Rekening BCA: 272.1580.581 atas nama, Martinus Gabriel Goa.
"Segala bentuk bantuan yang diterima akan dipertanggungjawabkan melalui audit independen," kata Hermawi Taslim, orang dekat mendiang Presiden Gus Dur.