Laporan Wartawan Tribunnews.com, Edwin Firdaus
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Banyak cara dilakukan seorang penyuap saat memberikan "uang panas" kepada penerimanya. Mulai dari cara penyerahan, kode komunikasi, sampai moment serta bentuk transaksinya, semakin berevolusi.
Seperti cara transaksi dalam perkara dugaan suap yang kini sudah menjerat Kepala Satuan Kerja Khusus (SKK) Migas non aktif, Rudi Ribiandini.
Adalah 'kardus peci merk H.M' yang baru-baru ini digunakan Simon Gunawan Tanjaya untuk memberikan gepokan 'apel Washington' alias uang dolar kepada Rudi Rubiandini lewat perantara Deviardi alias Ardi. Keberadaan kardus peci itu pun diakui Juru Bicara KPK, Johan Budi.
"Iya itu kardus yang diamankan saat OTT," katanya, saat dikonfirmasi beberapa waktu lalu.
Simon disinyalir ingin memanfaatkan moment hari raya Lebaran guna mengelabui satgas KPK. Dugaan itu menguat, karena peci berisi uang dilakukan pada moment Lebaran.
Siapapun tak bakal menduga, ada dolar di dalam wadah peci tersebut jika tak membukanya.
Saat dikonfirmasi soal operasi tangkap tangan terbesar dalam sejarah KPK tersebut, Wakil Ketua KPK Bambang Widjajanto menyebut dolar di peci itu sejenis tunjangan hari raya.
"Orang mau Idul fitri kan perlu duit," ujarnya.
Cerita soal kardus peci buat Rudi, kini masuk dalam cerita kardus-kardus lain yang sempat jadi tempat perantara duit panas.
Sebelumnya, satgas KPK pernah menenteng dus durian yang dibawa dalam operasi tangkap tangan di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Atau, kardus Aqua dalam perkara suap Bupati Buol dan kardus printer dalam perkara Angelina Sondakh, dan tumpukan kardus dalam perkara Djoko Susilo.