Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi III DPR Didi Irawadi Syamsuddin meminta aparat melakukan razia terhadap penyelundupan senjata ilegal. Hal itu terkait dengan penembakan dua polisi Polsek Pondok Aren yakni Iptu Kus Hendratno dan Bripka Ahmad Maulana.
"Menyedihkan ini tindakan pengecut dan biadab, menyerang dari belakang. Pelaku harus dicari sampai dapat. Kalau tidak masyarakat akan semakin resah," kata Didi ketika dikonfirmasi, Minggu, 18/8/2013).
Didi menilai pelaku sudah meresahkan karena berani menembak aparat sehingga masyarakat sipil ikut terancam. "Apalagi penembakan terjadi di malam saat Bangsa Indonesia akan merayakan ulang tahun kemerdekaan Indonesia ke-68, Jumat malam," tutur Ketua DPP Demokrat itu.
Menurut Didi, kasus teror terhadap polisi ini menjadi peristiwa yang sangat memprihatinkan. Bisa jadi pelakunya kelompok teroris. Ia pun meminta polisi mengusut tuntas kasus tersebut.
"Pelarangan dan razia senjata-senjata api tanpa izin harus gencar dilakukan. Pusat-pusat pemasokan dan titik-titik penyelundupan senjata api ilegal harus bisa dideteksi dengan baik," katanya.
Selain itu, Didi meminta intelijen polisi diperkuat agar dapat mendeteksi titik masuk senjata api ilegal. "Ataupun mengetahui industri pembuatan senjata api ilegal yang sangat mungkin sebagian itu produksi ilegal dalam negeri," katanya.
Dikabarkan sebelumnya, Aiptu Kus Hendratno meninggal bersama temannya Bripka Ahmad Maulana, keduanya anggota Polsek Pondok Aren, saat baku tembak dengan pelaku yang diduga teroris.
Informasi yang dihimpun Tribunnews.com di lapangan, kejadian baku tembak terjadi di Jalan Graha Raya depan Masjid Bani Umar Kelurahan Perigi Baru, Kecamatan Pondok Aren, tak jauh dari Polsek Pondok Aren.