TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Umum Demokrat Nurhayati Ali Assegaf bereaksi keras mengenai buku mengenai Anas Urbaningrum. Buku tersebut ditulis Ma'mun Murod Al-Barbasy, mantan Sekretaris Departemen Agama DPP Partai Demokrat, berjudul Anas Urbaningrum Dalam Sorotan Status Facebook Tumbal Politik Cikeas.
"Itu buku tidak pantas dibaca oleh siapapun," kata Nurhayati di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (28/8/2013).
Menurut Nurhayati, buku tersebut hanya berisikan fitnah belaka. Ia juga tidak mempercayai isi buku yang mengatakan Ani Yudhoyono mengirimkan pesan singkat kepada Anas Urbaningrum.
"Itu engga mungkin, Ibu Ani engga mungkin (SMS), saya enggak ngerti, itu fitnah apa dasarnya, SMS buat Anas dari Ani, mana kebenarannya," tegasnya.
Ketua Fraksi Demokrat itu menegaskan buku tersebut malah menjerumuskan Anas Urbaningrum. "Itu mendorong Anas masuk jurang. Aneh. Itu buku fitnah," ucapnya.
Sebelumnya, isi buku yang disajikan loyalis mantan Ketua Umum DPP Partai Demokrat tersebut sebenarnya kumpulan posting di akun Faceboook Ma'mun Murod (28 status) seputar Anas Urbaningrum, SBY, dan kegaduhan di Partai Demokrat. Berikut cuplikannya. Sebuah SMS masuk ke handphone Anas Urbaningrum beberapa saat menjelang Kongres Partai Demokrat di Bandung, 2010 lalu.
Pesan singkat itu dikirim Ny Ani Yudhoyono, istri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Isinya cukup mengejutkan, yaitu berupa warning dan ketidaksukaan Ny Ani terkait manuver politik yang dilakukan sekelompok kader Partai Demokrat menjelang kongres untuk memilih ketua umum partai.
Kelompok yang menamakan diri Sahabat Anas Urbaningrum (SAU) tersebut sebelumnya menggelar jumpa pers di Hotel Sultan, Jakarta, sekaligus menyampaikan surat terbuka kepada SBY sebagai Ketua Umum Dewan Pembina Partai Demokrat.
Dalam surat terbuka, kelompok SAU menyebut adanya gerakan politik kandidat Ketua Umum Partai Demokrat yang melontarkan klaim telah mendapatkan dukungan dan restu dari SBY dan keluarganya (Keluarga Cikeas), untuk menekan arus bawah dan pemilik suara di kongres (DPC Partai Demokrat).
"Anas, kalau benar ada surat terbuka seperti dimaksud, Pak SBY jadi heran dan mengapa orang-orang itu diperlakukan Pak SBY seperti itu? Pak SBY merasa suasananya seperti ketika Pak SBY menghadapi pemilu 2004 dan 2009. Pak SBY sangat kecewa, Pak SBY tidak pernah melarang seseorang untuk maju, dan tak ada yang boleh melarang Pak SBY untuk punya pendapat. Surat terbuka seperti itu menghancurkan PD ke depan. Siapa yang sesungguhnya tulus mencotai PD?" Begitu bunyi SMS dari Ny Ani Yudhoyono seperti dikutip Ma'mun Murod dalam bukunya.